PENGARUH CITRA MEREK DAN
PENYAMPAIAN JASA BENGKEL RESMI TERHADAP NILAI PELANGGAN SERTA DAMPAKNYA PADA
KEPUTUSAN PEMBELIAN PELANGGAN
(Studi Kasus Terhadap Kendaraan Toyota Kijang Pada Bengkel Resmi
Dealer Mobil PT.Nasmoco Di Semarang)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peradaban manusia semakin maju dan berkembang.Setiap orang
senantiasa berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.Sehingga mereka
hampir setiap hari melakukan mobilitas terutama para pekerja, pebisnis, maupun keluarga.Dalam
melakukan mobilitas kegiatannya tersebut mereka membutuhkan sarana terutama
sarana transportasi yang mampu mengakomodir keperluan mereka.
Perkembangan di kotaSemarang saat ini terus mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Selain dari upaya pemerintah daerah untuk membenahi
kehidupan daerahnya juga didorong oleh antusiasnisme masyarakat Semarang
sendiri yang ingin terus maju.Salah satu pembangunan yang secara kontinyu
dilakukan oleh pemerintah daerah adalah pembangunan sarana transportasi berupa
jalan raya yang didorong pula oleh meningkatnya volume kendaraan bermotor di
Semarang ini.Harapan masyarakat sendiri dengan semakin lancarnya sarana jalan
raya ini, masyarakat menjadi semakin mudah dalam melakukan akses
perjalanan.Jumlah kendaraan dengan berbagai merk maupun tipe yang diluncurkan
oleh setiap perusahaan kendaraan bermotor semakin memperketat persaingan pasar
kendaraan bermotor.
Memiliki merek yang kuat adalah impian bagi tiap perusahaan
untuk bersaing.Saat ini merek memegang peranan penting dalam strategi
pemasaran.Hal ini dikarenakan merek telah menjadi komponen pemasaran yang
penting terhadap manufaktur (Murphy, 1990; Motameni and Sahrokhi, 1998).Merek
merupakan sumber yang kaya informasi kepada konsumen (Aaker and Biel, 1993) karena
merek juga menampilkan janji dari suatu produk dari pembuat produk (Lassar et
al, 1995).Selain itu, merek juga mampu mengurangi biaya pencarian produk
dari konsumen (Landes dan Posner, 1987; Biswas, 1992) serta menghemat waktu
para pemakainya dan ini juga berarti berharga lebih (Kotler, 2004).
Ciri-ciri
dari suatu merek yang hebat adalah seberapa banyak orang yang setia pada dan
tetap memilih merek tersebut (Kotler, 2004).Melalui merek, para pengguna dapat
langsung mengetahui kualitas produk, fitur yang diharapkan, dan jasa yang dapat
diperoleh.Untuk inilah sebenarnya harga yang lebih mahal itu.Merek adalah
penyimpan kepercayaan yang semakin penting peranannya seiring dengan
meningkatnya jumlah pilihan yang dihadapi masyarakat.Pada dasarnya masyarakat
hanyalah ingin membuat hidup mereka makin mudah dan sederhana (Fitzgerald,
2004).Pasar mobil minibus merupakan pasar yang dominan jumlahnya di wilayah
pemasaran di Semarang.Berbagai merk seperti Mitsubishi, Toyota, Suzuki, dan
Daihatsu merupakan merk-merk yang sangat intens dalam menggarap pasar minibus.Toyota dengan varians
Kijangnya, Mitsubishi dengan T120SS hingga ke jajaran Kuda dan Grandis, Suzuki
semenjak dari Carry 1000 hingga muncul APV, dan Daihatsu dengan Zebra hingga
Xenianya.
Dari
beberapa merk tersebut, ada satu merk yang sangat dikenal oleh masyarakat dan
memiliki pasar yang dominan di jajaran kelas minibus yaitu merk Toyota dengan varians
produknya yaitu Kijang. Toyota Kijang sejak dikeluarkannya sangat dikenal
masyarakat terutama penggemar minibus semenjak varians kijang “kotak”, kijang
“kapsul”, hingga saat ini yaitu kijang “Innova”. Keberadaan minibus Toyota
Kijang masih belum tergeser oleh merk-merk yang lain terutama bagi para
penggemar minibus. Bahkan ada kecenderungan terutama pada penggemar minibus
keluaran Toyota
ini untuk menjual mobil kijangnya yang lama untuk ditukartambahkan dengan
minibus Toyota Kijang keluaran tahun yang lebih muda atau bahkan baru
sekaligus. Kecenderungan mereka untuk tetap memilih minibus Toyota Kijang
dihadapkan pada beberapa faktor seperti : produk, harga, pelayanan, distribusi,
serta investasi.
Faktor
produk seperti mutu desain, kehandalan, dan brand merk merupakan beberapa
prioritas.Merk Toyota sejak diluncurkan di pasaran mobil baik untuk jenis
minibus maupun sedan mudah dikenal oleh masyarakat/ pecinta otomotif.Hal ini
didukung pula oleh perusahaan Toyota yang senantiasa menjaga keberadaan merknya
di pasaran dengan melakukan promosi baik di media cetak maupun di media
elektronik.Selain itu Toyota juga melakukan inovasi terhadap desain kendaraan
pada setiap peluncuran produknya.Perubahan desain baik dalam bentuk maupun mutu
kendaraan sejak dari produk kijang doyok, kijang kotak, kijang kapsul, hingga
produk terbarunya yaitu Innova merupakan bukti Toyota untuk senantiasa
memperbaiki produknya.Demikian pula pada kehandalan mesinnya yang disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen maupun kendaraan yang dikeluarkannya, dari mesin
1700cc, 1800cc, hingga 2000cc.
Faktor pelayanan yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
membeli produk Toyota kijang mencoba untuk tetap dioptimalkan oleh pihak Toyota
dengan membuka showroom, maupun bengkel resmi untuk lebih memudahkan konsumen
dalam merawat dan memperbaiki kendaraannya.Dari sisi ketersediaan suku cadang,
hampir seluruh suku cadang asli Toyota Kijang dapat diperoleh di pasar suku
cadang kendaraan bermotor.Selain itu, untuk kendaraan baru yang dikeluarkannya,
juga disertai dengan garansi terutama garansi mesin sebagai jaminan yang
diberikan oleh pihak Toyota.
PT. Toyota Astra Motor didirikan pada tahun 1971
yang merupakan perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk
(saham 51%) dengan Toyota Motor Corporation (saham 49%), Jepang. Selama 30
tahun, PT. Toyota Astra Motor telah memainkan peranan penting dalam pengembangan
industri otomotif di Indonesia serta membuka lapangan pekerjaan termasuk dalam
industri pendukungnya.Saat ini, PT. Toyota Astra Motor telah memiliki pabrik
produksi seperti Stamping, Casting, Engine dan Assembly di area industri
Sunter, Jakarta.
Untuk meningkatkan kualitas produk dan kemampuan produksi, Pabrik
Karawang, yang menggunakan teknologi terbaru di Indonesia, telah selesai
dibangun pada tahun 1998 berikut sistem manajemen kualitas dan lingkungan.
Toyota Astra Motor juga telah mencatat keberhasilan dalam membangun jaringan
penjualan dan purna jual di seluruh Indonesia . Terdiri dari 5 main
dealer dan 75 dealer yang mengoperasikan 142 outlet penjualan dan 101 outlet
purna jual. Dengan
jaringan yang sangat luas ini, Toyota Astra Motor berhasil meraih sukses
penjualan terbanyak dalam industri otomotif dalam beberapa tahun terakhir ini. Sebagai contoh, pada tahun 2000, Toyota Astra Motor berhasil menjual
90.148 unit mobil, dengan peningkatan market share dari 28,8% menjadi 30,2%
dibanding tahun sebelumnya.
Toyota Astra Motor juga mempelopori
program ekspor komponen otomotif dan kendaraan CBU ke berbagai negara
berkembang. Sejak tahun 1986, lebih dari 200.000 unit kijang CBU juga CKD telah
diekspor ke Brunei Darussalam, Malaysia, Philippina, Taiwan, Thailand, Afrika
Selatan, dan Papua New Guinea. Terhitung sejak 15 Juli 2003, Toyota Astra Motor
berubah menjadi PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia dan didirikan PT.
Toyota Astra Motor sebagai distributor.
Diperkenalkan pertama kali pada 9 Juni 1977 dalam bentuk yang sangat
sederhana.Pickup kotak berpintu setengah, dengan jendela samping terbuat dari
terpal dan plastik, serta engsel pintu yang tampak dari luar.Varian ini lebih
dikenal dengan Kijang “Buaya” karena kap mesin yang dapat dibuka hingga ke samping.Generasi
dengan kode KF10 ini menggunakan mesin tipe 3K berkapasitas 1200cc dan
transmisi 4 percepatan.Selama peluncurannya, angka penjualannya mencapai 26.806
unit.
Pada September 1981, generasi kedua dengan kode KF20 dirilis di
pasaran.Meskipun banyak kemiripannya dengan generasi 1, varian ke 2 ini lebih
dikenal dengan Kijang “Doyok”. Perubahan cukup banyak, seperti letak engsel
pintu yang tersembunyi, kap mesin hanya membuka di bagian atas moncong, serta
grill juga permukaan pintu sama dengan bodi. Menggunakan mesin 4K berkapasitas
1300cc.
Pada tahun 1982, generasi kedua ini mengalami penyempurnaan dengan
penambahan kunci pintu kanan.Tahun 1983, transmisi dan differentialnya
disempurnakan, dan dilakukan penambahan booster untuk sistem pengereman. Grill
dan bumper bagian depan diubah dengan tampilan yang lebih menarik. Pada
Desember 1985, PT. Toyota Astra Motor meluncurkan Kijang mesin 5K yang
berkapasitas 1.500cc dengan konsumsi bahan bakar lebih hemat 5% dibanding tipe
sebelumnya. Selama 5
tahun keberadaannya ini, generasi kedua cukup mendapat respon positif dari
pasar dengan penjualan mencapai 101.668 unit.
Generasi ini dibagi menjadi 2
periode besar, yaitu Kijang Super (1986-1992) dan Kijang Grand (1992-1996).
Dengan perubahan total pada eksteriornya, pada November 1986, generasi ketiga
mulai diperkenalkan. Mulai generasi ini telah digunakan
teknologi full pressed body, dan diperkenalkan pula chasis pendek (KF40) dan
chasis panjang (KF50), dengan konstruksi chasis yang mengalami perbaikan.
Sistem re-circulating ball dan penggunaan variabel gear ratio pada sistem
kemudinya untuk meningkatkan kenyamanan dalam berkendara, selain penggunaan
suspensi double wishbone dan pegas batang torsi pada bagian depan dan over axle
pada bagian belakang. Penggunaan
rem cakram juga mulai diperkenalkan pada generasi ketiga ini.
Teknologi Advance Super Response
Engine (ASRE) diadopsi untuk menyempurnakan sistem pasokan bahan bakar,
sehingga terjadi peningkatan performa dari 61 ps menjadi 63 ps. Sistem kemudi
rack & pinion mulai diperkenalkan pada tahun 1991 dan dilakukan
penyempurnaan pada per belakang dan as kopel tipe 3 sambungan pada chassis
panjang untuk mengurangi getaran.
Generasi Kijang Grand diluncurkan
pada Agustus 1992, dengan teknologi TOYOTA Original Body yaitu proses pembuatan
body menggunakan mesin press berkekuatan 1500 ton dan metode las titik (spot
welding) sehingga kualitas bodynya dapat dikatakan setara dengan sedan.
Perubahan lainnya pada rangkaian lampu depan, grill dan bemper depan belakang
untuk bagian eksterior, dashboard pada bagian interior, AC double blower, dan
posisi tangki bahan bakar disebelah kiri serta penggunaan power steering untuk
kenyamanan kemudinya.
Meski masih menggunakan mesin tipe
5K, namun penyempurnaan pada kijang Grand ini telah dilakukan pada karburator,
intake dan exhaust manifold, sehingga dapat meningkatkan tenaganya hingga 72
ps.
Pada tahun 1995, setahun sebelum berakhirnya
generasi ini diluncurkan Kijang KF42 dan KF52 dengan mesin 7K.Hingga digantikan
generasi yang lebih baru, generasi ketiga ini berhasil membukukan penjualan
sebanyak 492.123 unit.
Bulan Januari 1997, PT. Toyota Astra Motor kembali meluncurkan
Kijang generasi ke empat. Pada generasi ini bentuk body mengalami perubahan
total dibanding generasi sebelumnya. Tampil lebih aerodinamis dengan lekukan
lebih halus sehingga lebih sering disebut “Kijang Kapsul”.Kijang dengan kode
KF70 dan KF80 ini juga mengalami perubahan konfigurasi tempat duduk bagian
belakang. Untuk chassis long tipe Deluxe dan Grand, tempat duduk bagian
belakang menghadap ke depan dan dapat dilipat. Dashboard juga mengalami
perubahan.
Mesin 7K (80ps) dengan transmisi 4-speed dan 5speed, serta transmisi
otomatis bagi pengemudi yang tidak ingin cepat lelah dalam berkendara.Dua bulan
kemudian diluncurkan pula varians yang serupa dengan mesin Diesel berkode LF70
dan LF80.
Pada September 2000, diluncurkan teknologi mesin EFI (Electronic
Fuel Injections) yang diterapkan pada tipe Krista dan LGX.Dengan mesin 1RZ-E
ini, Kijang semakin bertenaga (97ps) dan sejak diluncurkan hingga akhir kuartal
pertama tahun 2002, penjualan generasi keempat ini mencapai angka 269.226 unit.
Lebih dikenal sebagai Kijang “Innova”
karena benar-benar mengalami revolusi dan inovasi dihampir keseluruhan bagian
mobil.Body mobil lebih lebar dengan bentuk bulat telur.Selain itu juga
dilakukan inovasi pada bagian suspensi dan interiornya.Kursi belakang dilipat
disamping, dan lubang/ fan AC tersedia hingga di atas kursi penumpang paling
belakang.Pada generasi ini, Toyota Kijang benar-benar ingin memanjakan
penumpangnya.Alhasil, melalui produknya ini, Toyota semakin berani bersanding
dengan kompetitornya, Honda.
Faktor harga kendaraan bermotor baik harga beli maupun harga purna
jualnya juga merupakan tolak ukur dalam membeli kendaraan.Diketahui pula bahwa
kendaraan bermotor senantiasa memiliki nilai ekonomis yang cenderung menurun,
sehingga selain sebagai alat transportasi cenderung juga sebagai investasi.
Karena bukan tidak mungkin seseorang membeli kendaraan bermotor beberapa tahun
ke depan akan menjual kendaraannya tersebut. Jaringan distribusi yang luas juga
merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan konsumen dalam
membelinya.Oleh karena itu agar kesuksesan suatu
produk dapat bertahan, maka perusahaan dituntut untuk menciptakan produk-produk
yang memiliki nilai bagi pelanggan, sehingga tercipta kepuasan pelanggan serta
menimbulkan minat ulang untuk membeli. Dalam menciptakan produk yang bisa
memberikan nilai tambah bagi konsumen maupun pelanggan, maka tentunya produk
tersebut harus memiliki kegunaan, karena konsumen secara rasional akan melihat
kegunaan produk tersebut bagi dirinya. Selanjutnya konsumen juga akan melihat
atribut yang terdapat pada produk tersebut. Jika suatu produk mempunyai atribut
serta keunikan yang berbeda dengan produk lain maka ini akan memberikan nilai
tambah bagi konsumen.
Beberapa faktor tersebut di atas merupakan sebagian
besar pertimbangan seseorang dalam membeli mobil minibus Toyota Kijang. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perilaku konsumen
terutama keputusan konsumen di Semarang dalam membeli mobil Toyota Kijang, maka
penulis bermaksud melakukan penelitian dengan mengambil judul“PENGARUH CITRA MEREK DAN PENYAMPAIAN JASA
BENGKEL RESMI TERHADAP NILAI PELANGGAN SERTA DAMPAKNYA PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN
PELANGGAN (Studi Kasus Terhadap Kendaraan Toyota Kijang Pada Bengkel Resmi
Dealer Mobil PT.Nasmoco Di Semarang)”.
1.2. Batasan Masalah
Untuk menghindari peninjauan yang terlalu luas dalam
penelitian maka perlu diadakan pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1.
Penelitian ini hanya meneliti
kendaraan jenis Toyota Kijang
2.
Penelitian dilakukan pada
konsumen pengguna mobil Toyota Kijang yang telah menggunakan pelayanan jasa di
bengkel PT. Nasmoco JL. Kaligawe km.5 Semarang .
3.
Beberapa
variabel yang diteliti antara lain:
a.
Citra Merek
b.
Distribusi (Penyampaian Jasa).
c.
Nilai Pelanggan
d.
Keputusan Pembelian yang
melibatkan 4 tahap mental (Boyd, Walker
& Larreche, 2000 :123), yaitu: identifikasi masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, pembelian, evaluasi pasca pembelian.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk:
a.
Mengetahui
penyampaian jasa bengkel resmi yang dirasakan pelanggan pada dealer mobil
Toyota Kijang di Semarang.
b.
Mempelajari pengaruh citra
merek dan penyampaian jasa bengkel resmi terhadap nilai pelanggan dalam
menggunakan jasa bengkel mobil Toyota Kijang di Semarang.
c.
Mempelajari pengaruh citra
merek dan penyampaian jasa bengkel resmi terhadap keputusan pembelian pelanggan
dalam menggunakan jasa bengkel mobil.
d.
Mempelajari pengaruh nilai
pelanggan terhadap keputusan pembelian pelanggan dalam menggunakan jasa bengkel
mobil Toyota Kijang di Semarang
e.
Mempelajari pengaruh citra
merek, penyampaian jasa bengkel resmi, dan nilai pelanggan secara simultan
terhadap keputusan pembelian pelanggan dalam menggunakan jasa bengkel mobil
Toyota Kijang di Semarang
1.4. Manfaat Penelitian
1.Bagi Penulis
Merupakan kesempatan
untuk menambah wawasan terhadap dunia praktisi pemasaran khususnya, yang
diaktualisasikan dengan didasarkan pada pengetahuan teoritis yang diperoleh di
bangku kuliah.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi di bidang pemasaran, khususnya terhadap permasalahan yang
berhubungan dengan pengembangan produk baru dan pengembangan minat pembelian
kembali.Jadi, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menambah informasi
dan pengetahuan sebagai bahan pembanding dalam penelitian selanjutnya.
3.
Bagi Pihak Lain
Penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam
menyusun kebijakan dan aktivitas pada strategi pemasaran di masa yang akan
datang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan teori
2.1.1 Citra Merek
Citra yang baik merupakan salah satu cara yang efektif
di dalam menjaring konsumen, karena konsumen dengan sadar atau tidak sadar akan
memilih suatu produk yang memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta
persepsi yang baik di mata konsumen, dan akan mempengaruhi konsumen dalam
proses keputusan pembelian yang pada akhirnya dapat menciptakan loyalitas
terhadap suatu merek produk tertentu.
Merek merupakan nama, istilah, tanda, symbol atau lambang,
desain, warna, gerak, atau kombinasi
atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan
diferensiasi terhadap produk pesaing. Pada dasarnya suatu merek juga merupakan
janji penjual untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri-ciri,
manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek yang baik juga menyampaikan
jaminan tambahan berupa jaminan kualitas ( Tjiptono,1997:104 )
Citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Para
pembeli mungkin mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap citra perusahaan dan
mereknya. Citra dapat diperkuat melalui simbol-simbol yang kuat. Citra yang
efektif melakukan tiga hal. Pertama, memantapkan karakter produk dan usulan
nilai. Kedua, menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak
dikacaukan pesaing. Ketiga, memberi kekuatan emosional yang lebih dari sekedar
citra mental. (Kotler, 2002: 338). Dengan demikian perusahaan yang memiliki
citra merek yang baik akan memicu daya tarik pelanggan untuk membeli atau
memakai jasa perusahaan.
2.1.2 Penyampaian Jasa Bengkel
Persaingan yang sangat ketat dalam industri otomotif
menuntut perusahaan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik atau lebih
unggul dari pesaingnya. Salah satu cara utama untuk mendeferensiasikan sebuah
perusahaan jasa adalah dengan memberikan produk dan jasa yang lebih tinggi dari
pesaing (Kotler, 2002: 474).
Dalam upaya untuk meraih minat pelanggan untuk merawat
dan memperbaiki kendaraan mobilnya melalui bengkel resmi dealer mobil, maka
jasa bengkel yang disampaikan harus dilakukan dengan baik dan berkualitas yang
dapat memenuhi keinginan pelanggan dan sekaligus memberikan kepuasan.
Penyampaian jasa bengkel yang baik dan berkualitas, yang
dapat menciptakan nilai jasa bengkel yang tinggi yang pada akhirnya dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan, maka bengkel resmi dealer mobil di kota
Semarang harus menjadikan dasar tujuan akan hal tersebut sehingga jika tidak
demikian, lambat atau cepat bengkel resmi dealer mobil akan ditinggalkan
pelanggannya.
Menurut Lovelock & Wright dalam M. Syafei bahwa
kualitas jasa merupakan salah satu komponen dari kepuasan pelanggan. Dan
diperjelas bahwa “quality has a direct
impact on product or service performance; thus, it is closely linked to
customer value and satisfaction”, kualitas mempunyai pengaruh atau dampak
langsung terhadap performansi jasa, dimana terdapat hubungan yang dekat
terhadap nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan
yang menimbulkan keputusan pembelian ulang bagi pelanggan.
2.1.3 Nilai Pelanggan
Pada dasarnya nilai pelanggan didefinisikan sebagai
persepsi pembeli tentang nilai yang mewakili suatu pertukaran antara kualitas
atau keuntungan yang mereka rasakan
dalam suatu produk/jasa dengan pengorbanan yang mereka rasakan dengan membayar
harga. Berkaitan dengan itu kelangsungan hidup sebuah perusahaan sangat
tergantung pada kepuasan para pelanggannya dan kemampuan menghasilkan laba.
Sebuah perusahaan yang mampu memuaskan kebutuhan pelanggannya, akan tetapi tidak mampu menghasilkan laba, tidak mungkin akan
tetap eksis dan berkembang. Kepuasan pelanggan dan laba harus dicapai secara
simultan. Pendekatan berdasarkan kepentingan pelanggan (customer oriented)
sebaiknya dilakukan secara lebih sistematis dan efektif.
Harjati (2003) menyatakan bahwa nilai pelanggan adalah
persepsi pelanggan dari apa yang mereka inginkan
terjadi yaitu konsekuensi-konsekuensi dari produk atau jasa yang ditawarkan
untuk memenuhi kebutuhannya, pada situasi spesifik. Suatu merk yang paling
unggul di antara merk-merk lainnya akan menduduki
posisi pertama dalam benak konsumen dan merupakan merk yang paling mudah
diingat oleh konsumen. Hal ini dapat sangat menguntungkan bagi perusahaan
karena apabila konsumen melakukan pembelian, merk yang paling mudah diingat dan
dapat memberikan kepuasan yang pertama kali akan dipertimbangkan oleh pelanggan
untuk dipilih.
2.1.5
Hubungan Citra Merek, Penyampaian Jasa, dan Nilai Pelanggan
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, citra merek adalah merupakan persepsi masyarakat terhadap suatu
perusahaan atau produk pemilik merek tertentu. Dalam usaha menciptakan citra
merek yang baik, maka perusahaan akan berusaha memberikan jasa pelayanan yang
baik, kualitas produk yang baik, dan faktor-faktor lain agar memiliki nilai
yang baik dimata pelanggannya.
Salah satu usahanya dalam menciptakan
citra merek yang baik, maka perusahaan melakukan penyampaian jasa bengkel resmi
sebagai jaminan bagi pelanggan untuk kenyamanan dan perawatan mobilnya. Citra
merek dan penyampaian jasa bengkel resmi yang baik akan meningkatkan persepsi
baik dimata pelanggan yang pada akhirnya menumbuh kembangkan dimensi-dimensi
ekuitas merek seperti : loyalitas merek, kesadaran merek, kesan kualitas,
asosiasi merek, dan aset merek lainnya.
Dengan demikian maka terdapat hubungan
yang erat antara citra merek, penyampaian jasa bengkel resmi, nilai pelanggan
untuk menciptakan kepercayaan dan kepuasan bagi pelanggan sehingga menumbuhkan
minat pembelian ulang dibenak pelanggan.
Agar suatu merek memiliki kepercayaan
yang kuat oleh pelanggan maka, suatu merek harus dibangun dengan baik. Adapun
cara-cara membangun citra merek yang kuat menurut Rangkuti (2002) adalah
sebagai berikut :
1. Memiliki
positioning yang tepat
Merek dapat di-positioning-kan dengan
berbagai cara, misalnya dengan menempatkan posisinya secara spesifik di benak
konsumen. Membangun positioning adalah menempatkan semua aspek dari brand value
(termasuk manfaat fungsional) secara konsisten sehingga selalu menjadi nomor
satu di benak konsumen. Keberhasilan
positioning adalah tidak sekedar
menemukan kata kunci atau ekspresi dari core benefit suatu merek, tetapi lebih
jauh lagi; menjembatani keinginan dan harapan konsumen sehingga merasa
puas. Positioning ini berubah setiap
saat. Positioning yang tepat memerlukan
pemahaman yang mendalam terhadap produk yang bersangkutan, perusahaan, tingkat
persaingan, kondisi pasar serta konsumen.
2. Memiliki
brand value yang tepat
Semakin tepat merek di-positioning-kan
di benak konsumen, merek tersebut akan semakin kompetitif. Untuk mengelola hal
tersebut perusahaan perlu mengetahui brand value. Brand value membentuk brand
personality. Brand personality mencerminkan gejolak perubahan konsumen. Brand
value juga mencerminkan brand equity secara riil sesuai dengan customer
values-nya.
3. Memiliki
konsep yang tepat
Tahap akhir untuk mengkomunikasikan
brand value dan positioning yang tepat kepada konsumen harus didukung oleh
konsep yang tepat. Pengembangan konsep merupakan proses kreatif, karena berbeda
dari positioning, konsep dapat terusmenerus berubah sesuai dengan daur hidup
produk yang bersangkutan. Konsep yang baik
adalah dapat mengkomunikasikan semua elemen–elemen brand value dan
positioning yang tepat, sehingga brand image dapat terus–menerus ditingkatkan.
2.1.6 Pengertian
Pemasaran
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan
di dalam pencapaian tujuannya tergantung pada bidang pemasaran, produksi,
keuangan,maupun bidang lainnya seperti personalia, selain itu juga tergantung
pada kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar
perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Salah satu cara memahami bidang
pemasaran adalah pemasaran itu suatu disiplin ilmu yang dipergunakan oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen menjadi peluang yang menghasilkan
laba perusahaan. Philip Kotler mengemukakan definisi pemasaran:
”Suatu proses sosial dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk
dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya” (Kotler, 2000, hlm. 9).
Dari definisi di atas, bahwa pemasaran sebagai suatu sistem
dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan dengan pemahamannya terletak
pada penawarannya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, menentukan
harga, mengadakan komunikasi serta distribusi yang efektif untuk memberitahu,
mendorong dan melayani pasar.
2.1.5 Pengertian Manajemen Pemasaran
Kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang
saling berhubungan sebagai suatu sistem dan kegiatan ini harus dikoordinasikan
dan dikelola dengan baik.Istilah manajemen pemasaran menurut Phillip Kotler
(1995:20) adalah sebagai berikut “Manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan
pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan
perusahaan”.
Menurut definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen pemasaran meliputi penganalisaan, perencanaan dan penerapan serta
pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan yang ingin
mencapai tujuan, menimbulkan pertukaran yang diinginkan, baik menyangkut barang
dan jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan psikologis, sosial budaya.Kegiatan
pertukaran tersebut dapat ditimbulkan oleh penjual maupun pembeli yang
menguntungkan kedua belah pihak.
2.1.6 Perilaku Konsumen
Sejalan dengan semakin berkembangnya suatu masyarakat, maka masyarakat
tersebut akan semakin selektif dalam memilih barang atau jasa. Masyarakat
adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama. Karena itu, agar perusahaan dapat berhasil
dalam usahanya, maka perusahaan perlu mengetahui masyarakat yang akan dijadikan
konsumen sasaran pasarnya. Perusahaan yang telah mengetahui konsumen yang
menjadi sasaran mereka, harus menyediakan permintaan, baik berupa barang maupun
jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen sehingga perusahaan dapat
menjamin hubungan baik antar mereka.Konsumen yang semula merupakan konsumen
potensial, bukan tidak mungkin menjadi langganan bagi perusahaan.Perusahaan
perlu mengenal langganannya, karena dengan mengenal lingkungannya, perusahaan
dapat mengetahui tanggapan konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh
perusahaan.Selain itu kita perlu mengetahui bahwa perusahaan berkepentingan
terhadap semua kegiatan manusia, karena konsumen juga merupakan bagian dari
kegiatan manusia, sehingga jika kita bicarakan masalah perilaku konsumen berarti
kita membahas kegiatan manusia, hanya saja dalam lingkup yang semakin terbatas.
Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997), perilaku konsumen adalah
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan
keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
2.1.6.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku pembelian konsumen sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor Budaya
a.
Budaya
Budaya adalah simbol dan faktor yang kompleks yang
diciptakan untuk manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu
dan pengatur manusia dalam masyarakat. Kebudayaan adalah sangat kompleks yang
meliputi: pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.
b. Sub Budaya atau
Kebudayaan Khusus
Kebudayaan
khusus adalah kebudayaan yang ada pada suatu golongan masyarakat yang berbeda
dari kebudayaan masyarakat lain maupun kebudayaan secara menyeluruh. Kebudayaan
khusus mempunyai peranan penting dalam membentuk sikap konsumen, sehingga untuk
menentukan perilaku konsumen sesuai adat kebiasaan kebudayaan yang
bersangkutan.
c. Kelas Sosial
Pada
dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial yang kadang-kadang berbentuk
sistem kasta dengan anggota kasta yang berbeda yang dibesarkan dengan peran
tertentu dan tidak mengubah keanggotaan kasta mereka.
Stratifikasi lebih sering ditemukan
dalam bentuk kelas sosial yang didefinisikan sebagai :
“Pembagian
masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan
memiliki anggota-anggota dengan nilai, minat dan perilaku yang serupa”.(
Kotler, hlm.186 ).
Kelas
sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan tetapi juga indikator lain seperti
: pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal.
2. Faktor Sosial
a. Kelompok Acuan
Terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung
/ tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki
pengaruh langsung terhadap seseorang disebut sebagai Kelompok Keanggotaan yang
terbagi menjadi :
1)
Kelompok
primer, seperti : keluarga, tetangga, dan rekan sekerja.
2)
Kelompok
sekunder, seperti : kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan
yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.
b. Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan telah menjadi obyek penelitian yang ekstensif.Anggota
keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh dan
masing-masing anggota yang ada di dalam keluarga merupakan sasaran
dipasarkannya suatu produk.
c. Peran dan Status
Posisi
seseorang dalam setiap kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan status.
Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Peran
juga memiliki status.Akibatnya orang-orang memilih produk yang mampu
mengkomunikasikan peran dan status mereka dalam masyarakat.Seorang pemasar
harus menyadari potensi simbol status dan peran dari suatu produk.
3. Faktor Pribadi
a. Usia dan tahap siklus hidup
Orang membeli
barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya, dari masa balita, remaja,
dewasa hingga menjadi orang tua yang membutuhkan produk yang berbeda-beda
sesuai dengan usia dan tahap siklus hidupnya. Oleh karena itu pemasar harus
memperhatikan faktor usia dan siklus hidup dalam menentukan strategi pemasaran
produknya.
b. Pekerjaan
Pekerjaan
seseorang berpengaruh terhadap pola konsumsinya. Seorang karyawan dengan
direktur perusahaan akan memiliki pola konsumsi yang berbeda pula. Untuk itu
pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di
atas rata-rata atas produk dan jasa mereka.Sebuah perusahaan bahkan dapat
mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu.
c. Keadaan ekonomi
Pilihan
produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang.Keadaan ekonomi
terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan, aktiva, hutang,
maupun kemampuan untuk meminjam dan sikap atas belanja atau menabung.Pemasar
barang yang peka terhadap harga harus terus-menerus memperhatikan tren
penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat bunga.Jika indikator ekonomi menandakan
resesi, pemasar dapat mengambil langkah untuk merancang ulang, melakukan
penempatan ulang dan menetapkan kembali harga produk mereka sehingga mereka
dapat terus-menerus menawarkan nilai pada pelanggan sasaran.
d. Gaya
hidup
Merupakan
pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam kreativitas, minat dan
opininya.Gaya
hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang“ yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Untuk itu pemasar mencari hubungan antara produk mereka dengan gaya hidup kelompok atau
pasar sasarannya.
e. Kepribadian
Setiap
orang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda yang mempengaruhi perilaku
pembeliannya. Kepribadian didefinisikan sebagai: “ Karakteristik psikologis
yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten
dan bertahan lama terhadap lingkungannya”. Kepribadian biasanya dijelaskan
dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi,
ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi.Oleh
karena itu pemasar berusaha untuk mampu membuat produk yang mampu
mengekspresikan kepribadian dari pasar sasaranmya.
4.
Faktor Psikologi
Pilihan pembelian
seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor psikologi utama yaitu:
a. Motivasi
Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang
untuk bergerak. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga
mencapai tingkat intensitas yang memadai.
Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi
motivasi adalah:
§ Kebutuhan-kebutuhan
pribadi.
§ Tujuan-tujuan dan
persepsi-persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan.
§ Cara dengan apa
kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan tersebut akan direalisasikan.
Untuk
mempelajari motif manusia, dapat digunakan model hierarki kebutuhan dari
Abraham Maslow yang mengelompokkan kebutuhan dari kebutuhan yang paling
mendesak hingga yang kurang mendesak. Abraham Maslow menghipotesiskan bahwa
dalam diri setiap manusia terdapat lima
tingkatan kebutuhan yaitu (Kotler, 2000, hlm. 197):
a.
Kebutuhan biologis (lapar,
haus, seks).
b.
Kebutuhan akan rasa aman (keamanan
dan perlindungan fisik emosional).
c.
Kebutuhan sosial (kasih sayang,
kesetiakawanan).
d.
Kebutuhan penghargaan (harga
diri, kemandirian, status, pengakuan).
e.
Kebutuhan
aktualisasi diri (kemampuan mencukupi diri sendiri).
Pertama kali orang akan berusaha untuk memuaskan kebutuhan mereka
yang paling penting. Apabila seseorang telah berhasil memuaskan sebuah
kebutuhan yang paling penting, kebutuhan tersebut tidak lagi menjadi motivator,
kemudian orang tersebut akan berusaha untuk memuaskan kebutuhan yang terpenting
berikutnya.
Selain
Teori Hierarki kebutuhan Maslow, Herzberg mengemukakan ada 2 faktor yang
mempengaruhi perilaku manusia yaitu, faktor pemeliharaan dan faktor yang
memotivasi orang. Faktor pemeliharaan merupakan kondisi yang akan menimbulkan
ketidakpuasan dan faktor motivator merupakan faktor yang menggerakkan tingkat
motivasi (Kotler, 2000, hlm. 197). Herzberg mengembangkan teori “Motivasi dua
faktor” yaitu faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan dan faktor-faktor
yang menyebabkan kepuasan.
Motif-motif dalam melaksanakan pembelian
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Motif pembelian
Motif pembelian dapat dibedakan menurut dasar pengaruhnya pada
proses pembelian:
a.
Motif pembelian primer adalah
motif yang menimbulkan perilaku pembelian terhadap kategori-kategori umum pada
suatu produk, seperti membeli televisi atau pakaian.
b.
Motif pembelian selektif adalah
motif yang mempengaruhi keputusan tentang model dan merk dari kelas-kelas, atau
macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian.
c.
Motif rasional dan emosional
2.
Faktor Pembelian
Motif dapat dibedakan oleh faktor-faktor yang menyebabkan orang
membeli:
-
Motif rasional adalah motif
yang didasarkan pada kenyataan seperti yang ditunjukkan oleh suatu produk
kepada konsumen. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dapat berupa faktor ekonomi
berupa: faktor penawaran, permintaan dan harga, kualitas pelayanan,
ketersediaan barang, ukuran, kebersihan, efisiensi dalam penggunaan, keawetan,
dapat dipercaya dan keterbatasan waktu yang ada pada konsumen.
-
Motif emosional adalah motif
pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi individu, seperti:
pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan, kesehatan, keamanan,
kepraktisan. Motif-motif ini bersifat subyektif, sehingga sulit untuk
menentukan hubungan antara motif pembelian dengan produk yang dibeli.
Jadi manajemen pemasaran
perlu mengembangkan kegiatan pemasaran dengan mempelajari motif dari pasar/
konsumen yang dilayaninya sehingga dapat memberikan/ menawarkan produk yang
tepat yang dapat memuaskan kebutuhan/ keinginan konsumennya.
b. Persepsi
Merupakan proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasi,
dan menginterprestasi informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki
arti.
Orang dapat memiliki persepsi
yang berbeda atas obyek yang sama karena tiga proses persepsi : perhatian
selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif. Akibatnya orang-orang
mungkin tidak melihat atau mendengar pesan yang ingin disampaikan pemasar. Karena itu dalam merancang kampanye
pemasaran, pemasar harus berhati-hati dalam mempertimbangkan proses persepsi
ini.
c. Pembelajaran
Pembelajaran meliputi
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.Sebagian besar
perilaku manusia adalah hasil belajar.Teori pembelajaran mengajarkan pemasar
bahwa mereka dapat membangun permintaan atas sebuah produk dengan mengkaitkan
dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang memberikan motivasi, dan
memberikan penguatan yang positif.
d. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang
dianut seseorang tentang suatu hal.Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan
emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau
gagasan.Sikap mengarahkan orang-orang berperilaku secara cukup konsisten
terhadap obyek yang serupa.Oleh karena itu perusahaan sebaiknya menyesuaikan
produknya dengan sikap yang telah ada dalam benak konsumen daripada mengubah
sikap tersebut.
2.1.7 Konsep Pemasaran Dan Orientasi Pada Konsumen
Agar
dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan, suatu
organisassi atau perusahaan perlu memahami konsep pemasaran yang berfokus pada
pemenuhan kebutuhan pelanggan.
· Menurut McKitterick (Kotler, 1997 :
17) memberikan pengertian tentang konsep pemasaran yaitu : “Konsep pemasaran
adalah konsep yang menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi atau
perusahaan adalah menjadi lebih efektif dari pada para pesaing dalam memadukan
kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran”.
· Sedangkan Stanton (Dharmmesta dan
Handoko, 2000 : 6) mendefisikan konsep pemasaran sebagai berikut : “Konsep
pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan merupakan syarat
ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup organisasi atau perusahaan”.
Secara umum konsep pemasaran terdiri
atas beberapa unsur pokok, antara lain yaitu orientasi pada pelanggan. Langkah-langkah
yang perlu dilakukan dalam rangka pelaksanaan dari orientasi pelanggan antara
lain:
a.
Menentukan kebutuhan pokok
pelanggan.
b.
Menentukan kelompok pembeli
yang akan dijadikan sasaran penjualan.
c.
Menentukan produk dan program
pemasarannya.
d.
Mengadakan penelitian terhadap
pelanggan, mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan sikap serta perilaku
mereka.
e.
Menentukan dan melaksanakan
strategi yang paling baik seperti menitik beratkan pada kualitas tinggi atau
harga lebih murah atau model yang menarik.
2.1.5 Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian
Ketika membeli produk
baik barang atau jasa, konsumen melalui proses pemecahan masalah yang
melibatkan 4 tahap mental (Boyd, Walker & Larreche, 2000, hlm. 123).
Tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan pembelian antara lain :
1.
Identifikasi
Masalah
Proses
pengambilan keputusan dipicu oleh keinginan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Individu merasakan perbedaan antara kondisi ideal dengan aktual pada beberapa
dimensi fisik dan sosio-psikologis, yang memotivasi mereka untuk mencari barang
atau jasa agar kondisi aktual mereka semakin mendekati kondisi ideal yang
diinginkan.
2.
Pencarian
informasi
Pada
tahap ini konsumen akan mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber
mengenai produk barang / jasa yang mampu memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan
keinginannya.
3.
Evaluasi alternatif
Setelah dihadapkan
pada berbagai alternatif produk, konsumen menyederhanakan kerja evaluasi mereka
dengan berbagai cara, yaitu :
a.
Konsumen jarang
mempertimbangkan seluruh merk, akan tetapi memfokuskan pada kumpulan yang
dikenali-sejumlah tertentu yang mereka kenali yang mungkin dapat memenuhi
kebutuhan mereka.
b.
Konsumen mengevaluasi setiap
merk dalam kumpulan yang dikenali menurut dimensi atau atribut produk.
c.
Konsumen melakukan kombinasi
evaluasi antara atribut dari setiap merk dengan mempertimbangkan kepentingan
relative atribut-atribut tersebut.
d.
Pembelian
Pada tahap ini, konsumen harus
memutuskan di mana membeli produk itu. Memilih sumber yang dimanfaatkan untuk
membeli produk secara mendasar melibatkan proses mental yang sama seperti
halnya keputusan pembelian produk. Sumber itu biasanya toko eceran tapi bisa
juga katalog mail-order atau pelayanan belanja jarak jauh (tele-shopping).
4.
Evaluasi Pasca pembelian.
Apakah konsumen tertentu merasa dihargai sebagaimana mestinya
setelah melakukan pembelian bergantung pada dua hal, yaitu tingkat
harapan-sejauh mana produk bisa memenuhi harapan, dan evaluasi konsumen tentang
sejauh mana produk benar-benar memenuhi harapannya. Harapan konsumen tentang
kinerja suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mencakup kekuatan
dan urgensi dari kebutuhan seseorang dan informasi yang dikumpulkan selama
proses pengambilan keputusan.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
No
|
Peneliti
|
Judul Penelitian
|
Analisis Data
|
Hasil Penelitian
|
1.
|
Saryadi
dan M. Wahyudin
|
Analisis Nilai Kepuasan Pelanggan
Kendaraan Bermotor Roda 2 Di Surakarta
|
1.Analisis Linier Regresi Berganda Logarithma
Natural
|
1.Variabel product
value, service value,dan personnel value secara individu signifikan
berpengaruh positif terhadap nilai kepuasan pelanggan, sedangkan variable
image value tidak signifikan terhadap nilai kepuasan pelanggan. Variabel price value secara individual
signifikan mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai kepuasan pelanggan.
2.Variabel product value, service value,
personnel value, image value, dan price value secara bersama-sama mempunyai
pengaruh terhadap pengaruh terhadap variable nilai kepuasan pelanggan
(customer satisfaction value) pada α=1%.
3.variasi dari variabel bebas product
value, service value, personnel value, image value, dan price value sebesar
54,7% mampu mempengaruhi variabel nilai kepuasan pelanggan secara signifikan,
sedangkan sisanya sebesar 0,457 atau 45,3% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model.
4.Harga berpengaruh negative.
|
2.
|
Rizki Aria Fitranda
|
Analisis
Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Jasa Bengkel Mobil Merek Toyota Pada PT.
Nasmoco Yogyakarta
|
1.Analisis Importance Performance
2.Uji Beda Dua Rata-rata (Uji
Z)
|
Dimensi Responsiveness
1.Dapat diketahui bahwa sebagian besar
kualitas pelayanan pada dimensi responsiveness belum memberikan kepuasan bagi
pelanggan.
Dimensi Tangible
2.Dapat diketahui bahwa sebagian besar
kualitas pelayanan pada dimensi tangible
belum memberikan kepuasan bagi pelanggan.
Dimensi Emphaty
3.Dapat diketahui bahwa sebagian besar
kualitas pelayanan pada dimensi emphaty
belum memberikan kepuasan bagi pelanggan.
Dimensi Assurance
4.Dapat diketahui bahwa sebagian besar
kualitas pelayanan pada dimensi assurance
belum memberikan kepuasan bagi pelanggan.
Dimensi Reliability
5.Dapat diketahui bahwa sebagian besar
kualitas pelayanan pada dimensi reliability belum memberikan kepuasan bagi
pelanggan.
|
3.
|
M.
Yani Syafei
|
Pengaruh Citra Merek Dan Penyampaian Jasa Bengkel
Resmi Terhadap Nilai Pelanggan Serta
Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Pelanggan (Suatu Survey Terhadap Kendaraan
MPV 2000 cc ke bawah Pada BengkelResmiDealer Mobil Di Bandung)
|
1.Analisis Regresi Berganda
|
1.Didasarkan kepada model penelitian yang
dilakukan, maka hasil penelitian dari hasil desertasi ini mengenai pengaruh
citra merek dan penyampaian jasa bengkel resmi suatu dealer mobil terhadap
nilai pelanggan dan dampaknya terhadap
keputusan pembelian pelanggan, mendukung dan mengukuhkan teori yang
telah ada.
2. Secara umum yang menjadi pelanggan
potensial dari jasa bengkel resmi suatu dealer mobil yaitu pelanggan yang
memiliki perasaan prestise atau gengsi (esteem),
pelanggan yang gila merek (brand
minded), dan pelanggan yang berpikir sederhana dan praktis.
3.Keberadaan bengkel resmi suatu dealer
mobil secara tidak langsung akan mempengaruhi minat pelanggan untuk membeli
merek mobil yang sesuai dengan nama Agent Tunggal Pemegang Merek (ATPM)-nya,
dimana jaringan bengkel mobil resmi yang luas dan handal akan memberikan
jaminan kepada pelanggan akan kemudahan dalam memperbaiki atau merawat
mobolnya.
4.Citra merek dari suatu mobil atau nama ATPM-nya,
sangat dominan dipengaruhi oleh tingkat kualitas penyampaian jasa bengkel
resmi suatu dealer mobil.
|
2.3. Kerangka
Pemikiran
Menurut Kotker &
Amstrong bahwa a strong brand is a
valuabel asset. Merek yang kuat merupakan suatu asset yang berharga
sehingga citra merek perlu dibangun dan dkelola dengan baik. Dalam mengelola
citra merek, para dealer perlu mengkomunukasikannya dengan baik terhadap
konsumen dan kontinyu.Berbagai upaya dilakukan oleh para dealer mobil dalam
membentuk citra merek yang positif untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan
dan meraih minat konsumen untuk memperbaiki kendaraannya melalui bengkel resmi.
Pelayanan bengkel pada bengkel resmi suatu dealer mobil akan menjadi merupakan
suatu jaminan terhadap suatu merek mobil.
Hipotesis merupakan
dugaan awal dan masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya
setelah data lapangan (empiris) dapat diperoleh. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 :Citra Merek yang baik akan meningkatkan Nilai Pelanggan
Merek merupakan alat
bantu bagi para pembeli,sebagaimana disebutkan oleh Kotler & Amstrong
dimana nama merek akan mebantu konsumen untuk mengudentifikasi produk atau jasa
sehingga dapat merasakan manfaatnya, dan merek akan menjelaskan kualitas produk
/ jasa kepada pembeli.Sedangkan Kotler & Keller mengemukakan bahwa esensi
merek merupakan yang secara konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa
tertentu kepada konsumen. Dengan demikian, bengkel dealer mobil perlu untuk
mengelola dan menjaga merek dengan baik sehingga sedemikian rupa akan
menghasilkan citra merek bengkel resmi yang positif dalam upaya untuk membangun
nilai pelanggan.
H2 : Penyampaian
Jasa Bengkel Resmi yang baik akan meningkatakan Nilai Pelanggan
Dalam upaya untuk meraih minat pelanggan
untuk merawat dan memperbaiki kendaraan mobilnya melalui bengkel resmi dealer
mobil, maka jasa bengkel yang disampaikan harus dilakukan dengan baik dan
berkualitas yang dapat memenuhi keinginan pelanggan dan sekaligus memberikan
kepuasan.
Penyampaian jasa bengkelyang baik dan
berkualitas, yang dapat menciptakan nilai jasa bengkel yang tinggi yang pada
akhirnya dapat meberikan kepuasan kepada pelanggan, maka bengkel resmi Toyota
dalam penelitian ini adalah PT. Nasmoco di Semarang harus menjadikan dasar
tujuan akan hal tersebut sehingga jika tidak demikian, bengkel resmi dealer
mobil akan ditinggalkan pelanggannya.
H3
: Citra Merek yang baik akan meningkatkan Keputusan Pembelian Pelanggan
Para pelanggan pergi ke bengkel resmi
dealer mobil untuk merawat atau memperbaiki kendaraannya, mayoritas pelanggan
beranggapan bahwa popularitas nama bengkel menjadi bagian yang penting dalam
pemilihan suatu jasa bengkel, lebih mengutamakan nama merek bengkel dari pada
faktor lainnya, dapat memberikan rasa bangga bagi pelanggan, dan memandang
citra bengkel resmi relatif baik, sehingga sedemikian rupa citra merek bengkel
menjadi hal yang utama dan yang pertama yang menjadi pertimbangan bagi
pelanggan dalam menjawab akan kebutuhan perawatan atau perbaikan kendaraannya.
H4
: Penyampaian Jasa Resmi yang baik akan
meningkatkan Keputusan Pembelian Pelanggan
Jasa bengkel yang disampaikan oleh bengkel
resmi dealer mobil harus mampu menjawab sesuai dengan keinginan konsumen dan
memenuhi harapan pelanggan sehingga dapat membangun hubungan pelanggan yang
baik.(Rust & Zahorik et al.,
1993, yang dikutip dalam Venetis & Ghauri).
Kualitas jasa bengkel resmi yang dilakukan
oleh bengkel dealer mobil yang baik dan handal akan merangsang minat pelanggan
untuk menggunakan jasa bengkel jasa resmi dalam merawat atau memperbaiki
kendaraannya sehingga pada akhirnya diharapkan para pelanggan akan menggunakan
lagi jasa bengkel resmi dan menceritakan kepada orang lain tentang pengalaman
yang positif (Treasy & Wiersema et al., 1995).
H5: Nilai Pelanggan yang baik akan meningkatkan Keputusan
Pembelian Pelanggan
Dalam memilih jasa bengkel mobil apakah
jasa bengkel resmi atau tidak resmi, konsumen dihadapkan pada beberapa faktor
yang dipertimbangkan, yaitu antara lain popularitas merek, citra bengkel,
kualitas jasa bengkel, tingkat konsistensi hasil jsa bengkel, harga, kepuasan,
dan sebagainya. Adapun faktor pertimbangan tersebut dijadikan suatu dasar acuan
bagi pelanggan bengkel untuk menilai dan memperoleh jasa bengkel mobil yang
memiliki nilai pelanggan yang tinggi yang memberikan total manfaat yang lebih
besar dibandingkan total pengorbanan yang dikeluarkan pelanggan sehingga pada
akhirnya dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Dengan demikian nilai pelanggan merupakan sumber
dari segala nilai lainnya yang dijadikan acuan untuk terjadinya keputusan
pembelian akan kebutuhan jasa bengkel mobil.
Faktor Citra Merek dan Penyampaian Jasa berpengaruh terhadap keputusan
pembelian pelanggan.Semakin tinggi faktor citra merek dan penyampaian jasa maka
semakin tinggi keputusan pembelian pelanggan terhadap produk mobil merek Toyota
Kijang.Faktor citra merek, distribusi (penyampaian jasa), dan nilai pelanggan
diduga secara simultan berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli
mobil merek Toyota Kijang.Untuk
mengetahui hubungan antar variabel independen, variabel independen terhadap
variabel dependen, maupun antar variabel dependen dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Y1=a1X1+ b1X2 + e
Y2
=a1X1+ b1X2
+ Y1+ e
dimana :
X2: Penyampaian Jasa Bengkel Y2: Keputusan Pembelian pelanggan
e : Standar Eror
(Sumber : Suharsimi Arikunto 1998,hal;293)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pelanggan pada PT. Nasmoco Kaligawe Semarang.
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis penelitian explanotory survey, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dari beberapa variabel
dan kemungkinan adanya hubungan antar variabel tersebut yaitu citra merek,
penyampaian jasa bengkel resmi, nilai pelanggan, dan keputusan pembelian.
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan dengan mengambil lokasi penelitian di PT. Nasmoco Jl. Kaligawe
Km.5 Semarang, Data dikumpulkan dengan mengambil sampel kepada pemilik mobil
Toyota Kijang yang telah menerima jasa di bengkel PT. Nasmoco Jl. Kaligawe Km.5
Semarang.
3.4. Variabel Penelitian
dan Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi
yang diberikan pada suatu variabel atau dengan cara memberikan arti kegiatan
ataupunmembenarkan suatu operasional yang perlu mengukur variabel tersebut.
Definisi operasional meliputi :
1.
Citra Merek
Yaitu suatu kepercayaan yang ditanamkan di benak konsumen tentang
nilai-nilai kebaikan.
Indikatornya :
a.
Mengenal baik Produk Toyota
b. Mengenal baik perusahaan Toyota
c. Image baik perusahaan
2.
Penyampaian Jasa Bengkel (Distribusi)
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Toyota selaku produsen
kendaraan bermotor untuk dapat menyampaikan produknya hingga ke konsumen /
pasar yang dituju melalui saluran distribusi yang dimiliki / diciptakannya.
Indikatornya :
a.
Jaringan distribusi yang luas
b.
Kemudahan dalam pengiriman dan
mendapatkan suku cadang asli
c.
Kelengkapan fasilitas bengkel
d.
Pengetahuan, ketepatan, dan
keramahan karayawan dalam memasarkan produk
e.
Kepuasan setelah menggunakan
jasa
3.
Variabel Nilai Pelanggan
Nilai menyeluruh atas kegunaan suatu produk
berdasarkan persepsi atas apa yang diterima dan apa yang dikorbankan.
Indikatornya :
a.
Harga yang sesuai
b.
Manfaat
c.
Dibanding dengan produk lain
4.
Variabel Keputusan Pembelian Pelanggan
Keputusan konsumen untuk membeli produk dari merek yang
disukainya itu.Menurut Swastha dan Handoko (2000 : 107-110), proses pengambilan
keputusan dari konsumen terdiri lima
tahap dimulai dari pengenalan terhadap kebutuhan, pencarian informasi,
penilaian dan seleksi terhadap alternatif yang ada dan keputusan untuk membeli,
serta perilaku setelah pembelian.
Indikatornya :
a.
Pembelian mobil merek Toyota
Kijang merupakan kebutuhan
b.
Informasi yang diperoleh tentang
mobil merek Toyota Kijang
c.
Mobil merek Toyota Kijang
memilikikelebihan dibandingkan dengan merek lain
d.
Keputusan pembelian mobil merek
Toyota dipengaruhi
pihak lain
e.
Keputusan pembelian mobil merek
Toyota dibuat
sendiri
3.5. Skala Pengukuran
Jawaban atas daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden
dibuat dengan menggunakan skala Likert, yaitu dengan rentangan 1 sampaidengan 5,
dimana nilai 1 adalah sangat tidak setuju, dan nilai 5 adalah sangat setuju.
Tabel 3.1
Skor Skala Likert
Jawaban
|
Skor
|
a. Jawaban
Sangat Setuju
|
5
|
b. Jawaban
Setuju
|
4
|
c. Jawaban Netral
|
3
|
d. Jawaban
Tidak Setuju
|
2
|
e. Jawaban
Sangat Tidak Setuju
|
1
|
3.6. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah
sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu (Indriantoro, 2002 : 115).Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pemilik mobil Toyota Kijang yang merawat dan memperbaiki mobil di
bengkel resmi Toyota PT. Nasmoco Semarang.
2.
Sampel
Sampel
adalah sebagian populasi yang dikarakteristikan dan hendak diselidiki dan dapat
dianggap mewakili keseluruhan populasi.Adapun
responden yang menjadi objek responden adalah para pengguna kendaraan Kijang
yang menjadi pelanggan akan pelayanan jasa bengkel pada bengkel resmi Toyota
PT. Nasmoco Semarang.
Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut maka jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 responden, dan
hal ini dianggap sudah cukup mewakili populasi yang akan diteliti.
3.7. Jenis dan Sumber
Data
Jenis dan sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer, merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo,
1999) berupa data mengenai citra merek, penyampaian jasa bengkel resmi, nilai
pelanggan, dan keputusan pembelian pelanggan.
3.8. Metode
Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data
berupa pertanyaan peneliti dan jawaban responden yang dikemukakan secara
tertulis melalui kuesioner(Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999).
3.9. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data
dalam penelitian ini digunakan dua jenis analisis, yaitu :
1.
Analisis Deskriptif, digunakan
untuk menganalisis persepsi pelanggan tentang penyampaian jasa bengkel resmi
PT. Nasmoco
2.
Analisis Kuantitatif, dilakukan
dengan menggunakan statistic untuk menguji hipotesis yaitu menggunakan Analisis
Jalur (Path Analysis) dan diproses
dengan bantuan aplikasi SPSS 12.0.
Karena data pengamatan
yang dilakukan dalam penelitian ini secara sensus, yakni dilakukan terhadap
bengkel resmi PT. Nasmoco di Semarang, maka tidak perlu dilakukan uji
signifikansi (uji t) koefisien jalur terhadap hipotesis dari diagram jalur yang
dirumuskan.
Untuk dapat memperoleh data yang valid dan reliabel melalui
instrumen penelitian tersebut, dilakukan pengujian :
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Model
korelasi yang digunakan untuk melakukan uji validitas menggunakan rumus Pearson
Product Moment. Kuesioner dapat dikategorikan valid apabila
nilai r hasil lebih besar dari nilai r tabel-nya. Nilai r
hasil dapat dilihat dalam koefisien item total correlation,
sedangkan nilai r tabel dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menetapkan df = Jumlah Kasus – 2
2) r tabel = (df ; signifikansi 5%)
Adapun cara pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika r hasil adalah positif, serta r hasil >r
tabel.
Maka butir pertanyaan adalah valid.
2) Jika r hasil adalah tidak positif, serta r hasil <r
tabel.
Maka butir pertanyaan adalah tidak valid.
Pengoperasian uji validitas dapat dilakukan
dengan mengunakan program aplikasi SPSS 12.0.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat pengukur sering
diartikan juga sebagai keajegan (consistency) dari alat ukur tersebut.
Hal ini berarti bahwa suatu alat ukur memiliki reliabilitas sempurna apabila
hasil pengukuran diujikan berkali-kali terhadap subyek yang sama selalu
menunjukkan hasil atau skor yang sama.
Untuk melakukan uji reliabilitas pada kuesioner
/ instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini, melalui menu Reliability
Analysis pada program aplikasi SPSS
16.0. Sedangkan kriteria penentuan reliabel tidaknya instrumen penelitian
tersebut di gunakanlah metode Alpha
Cronbach.
Hasil dinyatakan reliabel jika nilai koefisien
Alpha Cronbach (α) yang diperoleh ≥ dari r tabel (α = 5 %). Dengan demikian
instrumen yang sedang diujicobakan dapat dinyatakan reliabel, artinya sebagai
sebuah alat pengukuran, instrumen tersebut dapat mengukur secara konsisten.
(Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki, 2000). Untuk memberi kemudahan dalam melakukan
uji reliabilitas, maka dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS.
Nilai r hasil dapat
dilihat dalam koefisien alpha, sedangkan nilai r tabel dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menetapkan df = Jumlah Kasus – 2
2) r tabel = (df ; signifikansi 5%)
Adapun cara pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika r alpha adalah
positif, serta r alpha >r tabel.
Maka butir pertanyaan adalah reliabel.
2) Jika r alpha adalah
tidak positif, serta r alpha <r tabel.
Maka butir pertanyaan adalah tidak reliabel.
c. Uji Persamaan Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan
untuk menguji pengaruh variabel bebas (Citra Merek dan Penyampaian Jasa
Bengkel) terhadap variabel terikat (Nilai Pelanggan dan Keputusan Pembelian
Pelanggan).
Y1 = a + b1
(Citra Merek) + b2 (Penyampaian Jasa) + e
Y2 = a + b1
(Citra Merek) + b2 (Penyampaian Jasa) + Y1 (Nilai
Pelanggan) + e
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan
untuk melihat berapa persentase dari variasi variabel terikat (Nilai Pelanggan dan Keputusan Pembelian
Pelanggan) dapat
diterangkan oleh variasi dari variabel bebas (Citra Merek dan Penyampaian Jasa Bengkel). Koefisien determinasi dapat
dilihat dari besarnya Adjusted R2
dalam tampilan output SPSS.
Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi
variabel terikat amat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel terikat (Imam Ghozali, 2001).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1. Karakteristik Responden
Untuk
mempermudah dalam mengidentifikasi responden dalam penelitian ini maka di
perlukan gambaran mengenai karakteristik responden. Adapun gambaran dalam
penelitian ditinjau dari umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan
rata-rata perbulan dapat disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.1 Umur Responden
No.
|
Rentang Umur
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
15 – 20 tahun
|
9
|
9%
|
2
|
21 – 25 tahun
|
13
|
13%
|
3
|
26 – 30 tahun
|
32
|
32%
|
4
|
31 – 35 tahun
|
22
|
22%
|
5
|
36 – 40 tahun
|
19
|
19%
|
6
|
41 – 45 tahun
|
5
|
5%
|
Jumlah
|
100
|
100%
|
Sumber : Data penelitian 2009
Berdasarkan tabel 4.1 di
atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian memiliki umur antara 26
sampai 30 tahun sebanyak 32% dan 31 sampai dengan 35 tahun sebanyak 22%, sedangkan yang paling sedikit memiliki
umur antara 41 sampai dengan 45 tahun (5%).
Tabel 4.2 Jenis Kelamin
No.
|
Jenis
Kelamin
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
Laki-laki
|
68
|
68%
|
2
|
Perempuan
|
32
|
32%
|
Jumlah
|
100
|
100%
|
Sumber : Data penelitian 2009
Berdasarkan tabel 4.2 di
atas menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini terbanyak memiliki jenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 0,68% dan jenis kelamin perempuan sebanyak
0,32%.
Tabel 4.3 Jenis Pekerjaan
No.
|
Jenis
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
a.
Pelajar
/ Mahasiswa
|
12
|
12%
|
2
|
b.
PNS /
TNI / Polri
|
37
|
37%
|
3
|
c.
Pegawai
Swasta
|
27
|
27%
|
4
|
d.
Wiraswasta
|
24
|
24%
|
Jumlah
|
100
|
100%
|
Sumber : Data penelitian 2009
Berdasarkan tabel 4.3 di
atas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini
didominasi terbanyak adalah PNS / TNI / Polri sebesar 37% dan yang paling
sedikit adalah pelajar mahasiswa sebesar 12%.
Tabel 4.4 Pendapatan per bulan
No.
|
Pendapatan
per Bulan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
< Rp. 1.000.000
|
12
|
12
|
2
|
Rp. 1000.000 – Rp. 2.000.000
|
27
|
27
|
3
|
Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000
|
42
|
42
|
4
|
> Rp. 3.000.000
|
19
|
19
|
Jumlah
|
100
|
100
|
Sumber : Data penelitian 2009
Tabel 4.4 di atas
menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tigkat jumlah
rata-rata pendapatan terbanyak antara Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 yaitu sebanyak 42% dan paling sedikit
adalah responden dengan tingkat rata- rata pendapatan sebesar < Rp.
1.000.000 yaitu sebesar 12%.
4.1.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian
a.
Citra
Merek
Guna mengungkap variabel
citra merek dalam penelitian ini digunakan 3 butir pertanyaan, masing-masing
pertanyaan skornya antara 1 sampai 5. Dari hasil kuesioner yang disebarkan
dapat dilihat distribusi jawaban sebagai berikut :
Tabel 4.5 Jawaban Responden pada
Variabel Citra Merek
Item 1
|
Item 2
|
Item 3
|
Jumlah
|
|
Skor 5
|
9
|
17
|
16
|
42
|
%
|
9.00
|
17.00
|
16.00
|
|
Skor 4
|
32
|
26
|
31
|
89
|
%
|
32.00
|
26.00
|
31.00
|
|
Skor 3
|
23
|
18
|
17
|
58
|
%
|
23.00
|
18.00
|
17.00
|
|
Skor 2
|
34
|
34
|
35
|
103
|
%
|
34.00
|
34.00
|
35.00
|
|
Skor 1
|
2
|
5
|
1
|
8
|
%
|
2.00
|
5.00
|
1.00
|
Sumber : Data penelitian 2009
Berdasarkan tabel 4.5
diatas sebagian besar responden dalam penelitian ini beranggapan bahwa citra
merek TOYOTA Kijang baik, karena dari jumlah jawaban ketiga pertanyaan yang
diajukan menunjukkan bahwa responden setuju bahwa Toyota Kijang memiliki citra
merek yang baik sebanyak 89 orang dan sangat setuju bahwa Toyota Kijang
memiliki citra merek yang baik sebanyak 42 orang.
b.
Penyampaian
Jasa Bengkel
Untuk mengungkap
variabel penyampaian jasa bengkel digunakan 7 butir pertanyaan, yang
masing-masing pertanyaan skornya antara 1 sampai 5. Dari hasil kuesioner yang
disebarkan maka dapat dapat dilihat distribusi jawaban sebagai berikut :
Tabel 4.6 Jawaban Responden pada
Variabel Penyampaian Jasa Bengkel
Item 1
|
Item 2
|
Item 3
|
Item 4
|
Item 5
|
Item 6
|
Item 7
|
Jumlah
|
|
Skor 5
|
16
|
29
|
24
|
13
|
18
|
21
|
18
|
139
|
%
|
16.00
|
29.00
|
24.00
|
13.00
|
18.00
|
21.00
|
18.00
|
|
Skor 4
|
31
|
21
|
25
|
35
|
38
|
25
|
32
|
148
|
%
|
31.00
|
21.00
|
25.00
|
35.00
|
38.00
|
25.00
|
32.00
|
|
Skor 3
|
22
|
25
|
21
|
19
|
14
|
19
|
19
|
139
|
%
|
22.00
|
25.00
|
21.00
|
19.00
|
14.00
|
19.00
|
19.00
|
|
Skor 2
|
28
|
20
|
24
|
30
|
26
|
31
|
28
|
187
|
%
|
28.00
|
20.00
|
24.00
|
30.00
|
26.00
|
31.00
|
28.00
|
|
Skor 1
|
3
|
5
|
6
|
3
|
4
|
4
|
3
|
25
|
%
|
3.00
|
5.00
|
6.00
|
3.00
|
4.00
|
4.00
|
3.00
|
Sumber : Data penelitian 2009
Dari tabel 4.6 diatas
dapat diketahui bahwa responden menilai penyampaian jasa bengkel TOYOTA dalam
penelitian ini baik dan berkualitas. Hal ini terlihat banyaknya responden yang
setuju akan penyampaian jasa bengkel yang baik sebanyak 148 orang dan 139 orang
menjawab sangat setuju.
c.
Nilai
Pelanggan
Dalam menguji variabel
Nilai Pelanggan dalam penelitian ini digunakan 4 butir pertanyaan, dimana
masing-masing pertanyaan memiliki skor antara 1 sampai 5. Dari hasil kuesioner
yang disebarkan maka dapat dapat dilihat distribusi jawaban sebagai berikut :
Tabel 4.7 Jawaban Responden pada
Variabel Nilai Pelanggan
Item 1
|
Item 2
|
Item 3
|
Item 4
|
Jumlah
|
|
Skor 5
|
20
|
26
|
28
|
13
|
77
|
%
|
20.00
|
26.00
|
28.00
|
13.00
|
|
Skor 4
|
38
|
52
|
32
|
46
|
168
|
%
|
38.00
|
52.00
|
32.00
|
46.00
|
|
Skor 3
|
16
|
7
|
14
|
23
|
60
|
%
|
16.00
|
7.00
|
14.00
|
23.00
|
|
Skor 2
|
23
|
13
|
18
|
17
|
71
|
%
|
23.00
|
13.00
|
18.00
|
17.00
|
|
Skor 1
|
3
|
2
|
8
|
1
|
14
|
%
|
3.00
|
2.00
|
8.00
|
1.00
|
Sumber : Data penelitian 2009
Dari tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa responden menganggap bahwa
nilai pelanggan dari merek TOYOTA Kijang telah baik. Hal ini ditunjukkan
banyaknya responden yang setuju bahwa nilai pelanggan terhadap merek mobil
TOYOTA Kijang baik sebanyak 168 orang dan 77 orang menjawab sangat setuju.
d.
Keputusan Pembelian
Dalam menguji variabel
Keputusan Pembelian dalam penelitian ini digunakan 7 butir pertanyaan, dimana
masing-masing pertanyaan memiliki skor antara 1 sampai 5. Dari hasil kuesioner
yang disebarkan maka dapat dapat dilihat distribusi jawaban sebagai berikut :
Tabel 4.8 Jawaban Responden pada
Variabel Keputusan Pembelian
Item 1
|
Item 2
|
Item 3
|
Item 4
|
Item 5
|
Item 6
|
Item 7
|
Jumlah
|
|
Skor 5
|
19
|
13
|
18
|
21
|
23
|
23
|
10
|
127
|
%
|
19.00
|
13.00
|
18.00
|
21.00
|
23.00
|
23.00
|
10.00
|
|
Skor 4
|
47
|
30
|
23
|
13
|
28
|
28
|
85
|
254
|
%
|
47.00
|
30.00
|
23.00
|
13.00
|
28.00
|
28.00
|
85.00
|
|
Skor 3
|
11
|
33
|
26
|
26
|
20
|
20
|
3
|
129
|
%
|
11.00
|
33.00
|
26.00
|
26.00
|
20.00
|
20.00
|
3.00
|
|
Skor 2
|
19
|
22
|
28
|
36
|
24
|
24
|
2
|
155
|
%
|
19.00
|
22.00
|
28.00
|
36.00
|
24.00
|
24.00
|
2.00
|
|
Skor 1
|
4
|
2
|
5
|
4
|
5
|
5
|
0
|
25
|
%
|
4.00
|
2.00
|
5.00
|
4.00
|
5.00
|
5.00
|
0.00
|
Sumber : Data penelitian 2009
Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa responden menganggap bahwa
nilai pelanggan dari merek TOYOTA Kijang telah baik. Hal ini ditunjukkan
banyaknya responden yang setuju bahwa nilai pelanggan terhadap merek mobil
TOYOTA Kijang baik sebanyak 168 orang dan 77 orang menjawab sangat setuju.
4.1.3 Analisis Data
4.1.3.1
Uji Instrumen Data
a.
Uji Validitas
Uji validitas dalam
hal ini bertujuan untuk menguji tingkat ketepatan instrumen dalam mengukur
variabel kualitas produk, promosi, desain dan keputusan pembelian. Perhitungan
uji validitas instrumen menggunakan analisis korelasi pearson dengan bantuan
komputer program SPSS. Keputusan mengenai butir item yang dinyatakan valid
dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, jika r hitung > r
tabel maka butir item dinyatakan valid. Dari hasil uji validitas dapat dilihat
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.9 Uji Validitas
Item Pertanyaan
|
r hitung
|
r tabel
|
Keterangan
|
Citra Merek (X1)
Item 1
Item 2
Item 3
|
0.614
0.535
0.615
|
0.127
0.127
0.127
|
Valid
Valid
Valid
|
Peny.Jasa Bengkel (X2)
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item 10
|
0.748
0.657
0.333
0.558
0.689
0.723
0.607
|
0.127
0.127
0.127
0.127
0.127
0.127
0.127
|
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
|
Nilai Pelanggan (Y1)
Item 11
Item 12
Item 13
Item 14
|
0.654
0.456
-0.053
0.185
|
0.127
0.127
0.127
0.127
|
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
|
Keputusan Pembelian (Y2)
Item 15
Item 16
Item 17
Item 18
Item 19
Item 20
Item 21
|
-0.065
0.129
0.704
0.605
0.213
0.450
-0.037
|
0.127
0.127
0.127
0.127
0.127
0.127
0.127
|
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
|
Sumber
: Out put Program SPSS
Berdasarkan hasil
uji validitas instrument dari keempat variabel yaitu Citra Merek, Penyampaian
Jasa Bengkel, Nilai Pelanggan dan Keputusan Pembelian seperti pada tabel diatas
menunjukkan bahwa dari seluruh butir pertanyaan diketahui 19 item valid, karena
nilai r hitung (korelasi) lebih besar dari r table, dan 2 butir pertanyaan
diketahui tidak valid karena r hitung lebih kecil dari r tabel.
b.
Uji Realibilitas
Uji reliabilitas instrument bertujuan untuk mengetahui
besarnya indeks kepercayaan instrument dari variabel Citra Merek, Penyampaian
Jasa Bengkel, Nilai Pelanggan dan Keputusan Pembelian. Setelah dilakukan uji validitas
dan diperoleh butir pernyataan yang valid selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Keputusan untuk
mengetahui bahwa instrument adalah reliable jika nilai r Alpha > 0,6. Dari
analisis dengan program SPSS diperoleh uji reliabilitas seperti pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.10 Uji Realibilitas
Variabel
|
r
Alpha
|
Keterangan
|
Citra Merek
Penyampaian
Jasa Bengkel
Nilai Pelanggan
Keputusan
Pembelian
|
0.683
0.665
0.741
0.704
|
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
|
Sumber : Out put Program SPSS
Dari hasil uji reliabilitas instrument menunjukkan bahwa
keempat variabel yaitu Citra Merek, Penyampaian Jasa Bengkel, Nilai Pelanggan
dan Keputusan Pembelian adalah reliabel karena nilai r Alpha > 0,6.
c.
Uji Multikoloniaritas
Gejala multikolinearitas ditandai dengan adanya hubungan
diantara variabel bebas. Gejala multikolinearitas diantara variabel tampak pada
tabel 4.11 dan 4.12.
Tabel
4.11
Uji
Multikolinieritas Antar Variabel Bebas Terhadap Nilai Pelanggan
Variabel Bebas
|
VIF
|
Citra Merek (X1)
|
1,839
|
Penyampaian Jasa Bengkel (X2)
|
1,839
|
sumber : output data spss
Tabel
4.12
Uji
Multikolinieritas Antar Variabel Bebas Terhadap Keputusan Pembelian
Variabel Bebas
|
VIF
|
Citra Merek (X1)
|
1,928
|
Penyampaian Jasa Bengkel (X2)
|
1,966
|
Nilai Pelanggan (Y1)
|
1,359
|
sumber : output data spss
d.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi
adalah untuk mengetahui hubungan atau korelasi antar anggota dari
serangkaian data pengamatan yang diuraikan menurut waktu (times-series) dan ruang (cross scction).
Hasil perhitungan Nilai Pelanggan diperoleh nilai
koefisien Durbin-Watson sebesar 1,887. Nilai Durbin-Watson dibandingkan Nilai
Durbin-Watson tabel untuk n = 100 dan k = 3 dengan µ = 5% maka diperoleh dl = 1,61 dan du = 1,74, sedangkan 4 - dl = 2,39 dan 4 - du
= 2,26. Hasil ini Nilai Durbin-Watson terletak diantara du dan 4-du dengan
demikian menunjukkan tidak ada autokorelasi.
Tabel 4.13
Uji Autokorelasi
Nilai Pelanggan
Batas Atas (dl)
|
Durbin-Watson
|
Batas Bawah (du)
|
1,61
|
1,887
|
1,74
|
sumber : output data spss
Hasil perhitungan Keputusan Pembelian diperoleh
hasil sebesar 1,894. Nilai Durbin-Watson tabel untuk n = 100 dan k = 4 dengan µ = 5% maka diperoleh dl = 1,59 dan du = 1,76, sedangkan 4 - dl = 2,41 dan 4 - du
= 2,24. Hasil ini Nilai Durbin-Watson terletak diantara du dan 4-du dengan
demikian menunjukkan tidak ada autokorelasi.
Tabel 4.14
Uji Autokorelasi
Nilai Pelanggan
Batas Atas (dl)
|
Durbin-Watson
|
Batas Bawah (du)
|
1,59
|
1,894
|
1,76
|
sumber : output data spss
e.
Uji Heteroskedasitas
Gejala heteroskedastisitas terjadi
jika nilai variabel residual untuk setiap pengamatan bervariasi. Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan Glejser test (Gujarati,
1995). Hasil pengujian dengan meregresikan nilai mutlak variabel
residual (Abresid) dengan variabel bebas diperoleh uji heteroskedastisitas
seperti tabel 4.14.
Tabel 4.14
Uji Heterosedastisitas Pengaruh Variabel Bebas
Terhadap Variabel Tidak Bebas
Abresid Nilai Pelanggan
Variabel Bebas
|
t-hitung
|
t-tabel
|
|
1
|
Citra Merek (X1)
|
-1,791
|
±
1,980
|
2
|
Penyampaian Jasa Bengkel (X2)
|
1,257
|
±
1,980
|
t-hitung < t- table
|
Tdk
Signifikan
|
Keterangan : Variabel dijelaskan atau
tidak bebas : Abresid Y
sumber : output data spss
Tabel 4.15
Uji Heterosedastisitas Pengaruh Variabel Bebas
Terhadap Variabel Tidak Bebas
Abresid Keputusan Pembelian
Variabel Bebas
|
t-hitung
|
t-tabel
|
|
1
|
Citra Merek (X1)
|
-0,087
|
±
1,980
|
2
|
Penyampaian Jasa Bengkel (X2)
|
1,431
|
±
1,980
|
3
|
Nilai Pelanggan (Y1)
|
-0,354
|
±
1,980
|
t-hitung < t- table
|
Tdk
Signifikan
|
Keterangan : Variabel dijelaskan atau
tidak bebas : Abresid Y
sumber : output data spss
Pada tabel di
atas, semua variabel mempunyai nilai t-hitung lebih kecil dari
t-tabel, pada α =5% dan dk
(100-2) sehingga memenuhi asumsi heterosedastisitas
atau tidak terjadi gejala heterosedastisitas.
f.
Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji kenormalan data
untuk mengetahui apakah dalam hasil persamaan regresi yang diteliti
berdistribusi normal dengan melihat bentuk grafik normalitity P-Plot. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Hasil uji
normalilitas dalam gambar 4.1 dan gambar 4.2. Pada gambar terlihat sebaran data
dari variabel penelitian tidak berdistribusi normal, sehingga memenuhi asumsi
normalitas yang ditunjukkan dengan titik-titik yang menyebar disekitar
diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal.
g.
Regresi Berganda
Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi linier berganda, bertujuan untuk menguji pengaruh Citra Merek,
Penyampaian Jasa Bengkel terhadap Nilai Pelanggan dan Citra Merek, Penyampaian
Jasa Bengkel, Nilai Pelanggan terhadap Keputusan Pembelian. Model regresi dapat
disusun sebagai berikut:
Y1 = a + b1
(Citra Merek) + b2 (Penyampaian Jasa) + e
Y2 = a + b1
(Citra Merek) + b2 (Penyampaian Jasa) + Y1 (Nilai
Pelanggan) + e
Keterangan :
X1 = Citra
Merek
X2 =
Penyampaian Jasa Bengkel
Y1 = Nilai
Pelanggan
Y2 =
Keputusan Pembelian
b1-b2 =
Koefisien Regresi
e = error
Dapat diformulasikan persamaan
regresi sebagai berikut.
Y1 = 8,768 + 0,245X1 + 0,137X2
Persamaan
regresi tersebut menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
a. b0= 8,768, Artinya, Jika
variabel Citra Merek dan Penyampaian Jasa Bengkel = 0 maka Nilai Pelanggan diperkirakan
akan mengalami kenaikan
b. b1= 0,245, Artinya, Jika
variabel Citra Merek dan Penyampaian Jasa Bengkel = 0 maka Nilai Pelanggan
diperkirakan akan mengalami kenaikan
c.
b2=
0,137, Artinya, Jika variabel Citra Merek dan Penyampaian Jasa Bengkel = 0 maka
Nilai Pelanggan diperkirakan akan mengalami kenaikan
·
Pengaruh Citra Merek Terhadap Nilai Pelanggan
Berdasarkan perhitungan analisis regresi
Nilai Pelanggan pada table 4.10 tampak bahwa variable Citra Merek berpengaruh
positif signifikan terhadap Nilai Pelanggan. Nilai t hitung variable Citra
Merek 2.161, nilai t tabel sebesar (+ 1,671), demikian variabel Citra Merek memiliki t hitung yang lebih
besar dari t tabel, berarti variabel Citra Merek berpengaruh signifikan
terhadap Nilai Pelanggan.
Maka variabel Citra Merek memiliki pola
yang searah terhadap Nilai Pelanggan, jika citra merek meningkat maka nilai
pelanggan meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian M. Yani Syafei dimana
variable citra merek berpengaruh besar terhadap nilai pelanggan. Ini menunjukkan
sebagian besar pelanggan beranggapan bahwa popularitas nama bengkel menjadikan
manfaat jasa bengkel resmi yang sangat besar, sebagai akibat bengkel resmi
dealer mobil memiliki citra yang baik, memberikan konsistensi akan jaminan
kualitas jasa bengkel yang handal, memberikan kesesuaian jasa bengkel yang
sesuai dengan harapan pelanggan, sehingga bagi pelanggan, popularitas merek
bengkel resmi akan memberikan keyakinan akan jasa bengkel yang handal dan
berkualitas yang notabene menghasilkan totalitas manfaat jasa bengkel yang
besar dibandingkan total korbanan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kotler
& Amstrong dalam M. Yani Syafei bahwa merek akan membantu pembeli dalam
berbagai cara, dimana nama merek akan membantu konsumen untuk mengidentifikasi
produk atau jasa sehingga dapat merasakan manfaatnya, dan merek akan
menjelaskan kualitas produk atau jasa kepada pembeli.
·
Pengaruh Penyampaian Jasa Bengkel Resmi terhadap Nilai Pelanggan
Berdasarkan perhitungan analisis regresi
Nilai Pelanggan pada table 4.10 tampak bahwa variable Penyampaian Jasa Bengkel
berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Pelanggan. Nilai t hitung
variable Penyaluran Jasa Bengkel 2,859, nilai t table sebesar (+ 1,671), berarti variable Penyaluran
Jasa Bengkel berpengaruh signifikan terhadap Nilai Pelanggan.
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang
diberikan penyampaian jasa bengkel terhadap nilai pelanggan adalah searah. Jika
penyampaian jasa bengkel meningkat maka nilai pelanggan juga meningkat.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
M. Yani Syafei penyampaian jasa bengkel juga memberikan pengaruh yang positif
terhadap nilai pelanggan. Dalam upaya untuk meraih minat pelanggan untuk
merawat dan memperbaiki kendaraan mobilnya melalui bengkel resmi dealer mobil,
maka jasa bengkel yang disampaikan harus dilakukan dengan baik dan berkualitas
yang dapat memenuhi keinginan pelanggan dan sekaligus memberikan kepuasan,
berarti penyampaian jasa bengkel yang baik dan berkualitas, yang dapat
menciptakan nilai jasa bengkel yang tinggi
yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan, maka
bengkel resmi dealer mobil di kota Bandung harus menjadikan dasar tujuan akan
hal tersebut sehingga jika tidak demikian, lambat atau cepat bengkel resmi
dealer mobil akan ditinggalkan pelanggannya.
Pengujian pengaruh citra merek, penyampaian jasa bengkel secara bersama
sesuai hasil SPSS menghasilkan
Pada tabel test statistik F hitung (17,406) > F tabel (1,75) pada tingkat kesalahan (a) = 0,05 dan degree of freedom: (k – 1) ; (n – k);= (4-1) : (100-4); atau Sig 0,000 < a (0,05). Dengan demikian keseluruhan variabel yaitu citra merek dan penyampaian jasa bengkel berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pelanggan.
Pada tabel test statistik F hitung (17,406) > F tabel (1,75) pada tingkat kesalahan (a) = 0,05 dan degree of freedom: (k – 1) ; (n – k);= (4-1) : (100-4); atau Sig 0,000 < a (0,05). Dengan demikian keseluruhan variabel yaitu citra merek dan penyampaian jasa bengkel berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pelanggan.
Sedangkan analisis variable citra merek,
penyampaian jasa bengkel, dan nilai pelanggan terhadap keputusan pembelian
dapat diformulasikan persamaan
regresi sebagai berikut.
Y2 = 14,369 + 0,055X1 + 0,291X2 + 0,174 Y1
Persamaan
regresi tersebut menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
a. b0= 14,369, Artinya, Jika variabel Citra Merek dan Penyampaian Jasa Bengkel, Nilai
Pelanggan = 0 maka Keputusan Pembelian diperkirakan akan mengalami kenaikan
b. b1= 0,055, Artinya, Jika variabel Citra Merek dan Penyampaian Jasa Bengkel, Nilai
Pelanggan = 0 maka Keputusan Pembelian diperkirakan akan mengalami kenaikan
c.
b2=
0,174, Artinya, Jika variabel
Citra Merek dan Penyampaian Jasa Bengkel, Nilai Pelanggan = 0 maka Keputusan
Pembelian diperkirakan akan mengalami kenaikan.
•
Pengaruh Citra Merek, Penyampaian Jasa Bengkel dan Nilai Pelanggan terhadap
Keputusan Pembelian Pelanggan
Dari analisis regresi pada table
4.12 di atas dapat diketahui pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian
adalah positif tidak signifikan. Nilai t hitung citra merek sebesar 0,358 dan t
table sebesar (+ 1,671), berarti
variable citra merek berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian
karena t hitung lebih kecil dari pada t table.
Pengaruh Penyampaian Jasa Bengkel
terhadap keputusan pembelian adalah positif dan signifikan. Nilai t hitung
penyampaian jasa bengkel sebesar 3,990 dan t table sebesar (+ 1,671), berarti variable penyampaian
jasa bengkel berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Sedangkan Nilai Pelanggan dapat
diketahui memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan. Nilai t hitung
1,285 dan t table sebesar (+ 1,671), berarti variable citra merek berpengaruh tidak signifikan
terhadap keputusan pembelian karena t hitung lebih kecil dari pada t table.
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa
para pelanggan pergi ke bengkel resmi dealer mobil untuk merawat atau
memperbaiki kendaraannya, mayoritas pelanggan beranggapan bahwa kualitas yang
diberikan jasa bengkel Nasmoco bagus dibandingkan dengan melihat popularitas
nama bengkel.
Kualitas penyampaian jasa bengkel resmi yang dilakukan oleh
bengkel dealer mobil yang baik dan handal (excellence) akan merangsang minat
pelanggan untuk menggunakan jasa bengkel resmi dalam merawat atau memperbaiki
kendaraannya sehingga pada akhirnya diharapkan para pelanggan akan menggunakan
lagi jasa bengkel resmi dan menceritakan
kepada orang lain tentang pengalaman yang positif. Sesuai yang dijelaskan oleh
Bitner et al. (1990, dalam M. Yani Syafei) bahwa kualitas jasa mempunyai dampak positif
terhadap niat pembelian-ulang pelanggan dan niat untuk merekomendasikan perusahaan
tersebut kepada pihak lain.
Pada tabel di atas, test statistik F hitung
(15,417) > F tabel (1,75) pada tingkat kesalahan (a) = 0,05 dan degree of
freedom: (k – 1) ; (n – k);= (4-1) : (100-4); atau Sig 0,000 < a (0,05). Dengan demikian keseluruhan variabel yaitu citra merek,
penyampaian jasa bengkel, dan nilai pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian.
h.
Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan variabel – variabel
independent (Citra Merek, Penyampaian Jasa Bengkel, Nilai Pelanggan) secara
bersama – sama dalam menjelaskan variabel dependen (keputusan pembelian). Dari
hasil analisis dengan menggunakan program SPSS diketahui bahwa besarnya nilai
R2 (koefisien determinasi) = 0,325 atau 32,5% berarti kemampuan variabel –
variabel bebas secara bersama – sama yaitu Citra Merek, Penyampaian Jasa
Bengkel, dan Nilai Pelanggan dalam menjelaskan keputusan pembelian adalah
sebesar 32,5% sedangkan sisanya sebesar
67,5% dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari.(2003). Statistik
Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi II. Yogyakarta :
UPP-AMP YKPN.
Arikunyo, Suharsimi (1998). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Edisi Revisi keempat.Jakarta :
Rineka Cipta
_______________,(2007). Pedoman
Penulisan Praskripsi dan Skripsi Program studi Akuntansi, Universitas Islam
Sultan Agung.Semarang .
_______________,(2009). Analisis Nilai Kepuasan Dan Loyalitas
Pelanggan Terhadap Kendaraan Bermotor Roda Dua Honda Vario Di Jakarta. Program
Extensi Komunikasi Periklanan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia 2009
Boyd, Walker dan Larreche.(2000). Manajemen Pemasaran.Jilid
1. Edisi
Millennium. Jakarta: Prenhallindo
Burhan Nurgiyantoro,
Gunawan, Marzuki. (2000). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial. Cetakan Pertama. Yogyakarta: GadjahMadaUniversity Press.
Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program
SPSS.Semarang : BP-UNDIP.
Kotler, Philip (1995). Manajemen pemasaran:
Analisis, Perencanan, Implementasi dan Kontrol. Edisi 9.Jakarta: Salemba Empat.
Kotler, P. (2000). Manajemen Pemasaran-Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol. Jilid 1.Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Hallindo.
Kotler Philip. (2002). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo.
Muhammad Azhar. Arti Pentingnya Nilai Pelanggan Dalam
Pemasaran. http//www.google.com
M. Yani Syafei. Pengaruh Citra Merk Dan Penyampaian Jasa
Bengkel Resmi Terhadap Nilai Pelanggan Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian
Pelanggan (Suatu Survey Terhadap Kendaraan MPV 2000 cc ke bawah Pada Bengkel
Resmi Dealer Mobil Di Bandung). Jurnal Ekonomi Manajemen.http//www.yanisyafei@yahoo.com
M. Wahyudin. Analisis
Nilai Kepuasan Pelanggan Kendaraan
Bermotor Roda 2 Di Surakarta(Studi Kasus Sepeda Motor Bebek Merk Honda). Jurnal Ekonomi Manajemen.http//www.osun.org
Mustafa, EQ. Z. (1995). Pengantar Statistik
Terapan untuk Ekonomi. Edisi II. Yogyakarta :
BPFE-UII.
Rizki Aria Fitranda.(2005). Analisis Kepuasan
Pelanggan Terhadap Kualitas Jasa Bengkel Mobil Merk Toyota
Pada PT. Nasmoco Yogyakarta.Skripsi Ekonomi Manajemen, Universitas Islam Indonesia , Yogyakarta .
Saryadi dan M. Wahyudin.Analisis
Nilai Kepuasan Pelanggan Kendaraan Bermotor Roda 2 Di Surakarta (Studi Kasus
Sepeda Motor Bebek Merk Honda, Jurnal Ekonomi.
No comments:
Post a Comment