Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap ROA dan ROE Perusahaan

 on Friday 15 October 2010  

galihajiw@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Masalah
        Perkembangan dalam industri manufaktur mempengaruhi berkembangnya sektor-sektor dalam industri jasa dan perdagangan, perkembangan industri tersebut membawa pada implikasi pada persaingan antar perusahaan dalam industri. Perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerjanya  agar mampu tetap bersaing.
        Perencanaan yang tepat adalah kunci keberhasilan para manajer. Perencanaan yang baik harus bisa dihubungkan kekuatan dan kelemahan perusahaan itu sendiri. Salah satu analisis untuk membuat perencanaan dan pengendalian keuangan yang baik adalah dengan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu.
        Secara teoritis, analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Ini berarti bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu evaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
        Menurut Harianto dan Sadono (1998) para pengguna dan pemanfaat laporan keuangan adalah pemegang saham, investor, manajer, karyawan, pemasok dan kreditur, pelanggan, pemerintah, dan pengguna lainnya. Antara pengguna yang satu dengan yang lainnya mempunyai kepentingan yang berbeda.
        Kinerja perusahaan pada akhir periode harus dievaluasi untuk mengetahui perkembangan industri dengan standar-standar tertentu baik yang bersifat internal maupun eksternal sebagai dasar perbandingan. Standar internal umumnya mengacu pada perbandingan kinerja saat ini dengan periode sebelumnya. Standar eksternal mengacu pada competitive benchmarking yang merupakan proses perbandingan kinerja perusahaan dengan pesaing utama atau industri (Wright et al 1996). Pendekatan competitive benchmarking harus dilakukan secara hati-hati agar hasil evaluasi kinerja perusahaan dapat berguna untuk pemetaan posisi perusahaan dalam persaingan industri.
 Evaluasi kinerja perusahaan dengan mengacu pada standar eksternal melalui competitive benchmarking memberikan gagasan untuk mengembangkan analisis rasio keuangan perusahaan individual dengan mempertimbangkan rasio industri. Beard dan Dess (1979) mengukur rasio keuangan tersebut melalui perbandingan rasio keuangan perusahaan individual dibagi rasio industri. Rasio industri dalam penelitian tersebut merupakan penimbang dari rasio keuangan individual. Rasio ini disebut rasio  keuangan tertimbang, dimaksudkan untuk membedakan dengan rasio keuangan tradisional.
Salah satu indikator penting dalam persaingan industri adalah daya tarik bisnis (business attractiveness). Dalam matriks portofolio Boston Consulting Group (BCG), daya tarik bisnis tercermin dari sumbu (axis) vertikal. Indikator daya tarik bisnis tersebut dapat diukur dari profitabilitas industri seperti ROA dan ROE industri.  Return On Assets (ROA) merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan (aset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba. Return On Assets (ROA) menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi terhadap saham di bursa saham. Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai efektifitas operasional perusahaan. Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam industri. ROE merupakan indikator kinerja keuangan dari aspek profitabilitas, rasio ini diukur dengan membandingkan antara net income dengan equity.
 Dari sudut pandang teori ekonomi mikro, bahwa dalam situasi kondisi persaingan, rate of return akan cenderung mengarah pada keseimbangan (equality). Jadi gaya tarik bisnis yang semakin tinggi akan mendorong pendatang baru untuk masuk dalam industri sehingga laba abnormal terebut lambat laun akan kembali menurun menuju laba normal. Demikian juga sebaliknya bila profitabilitas industri cenderung turun maka tidak menarik pendatang baru atau bahkan ditinggalkan oleh sebagian perusahaan sehingga laba yang rendah lambat laun meningkat menuju laba normal. Laba normal yang dimaksudkan disini adalah laba yang mencerminkan keseimbangan rate of return.
Indikator lain dalam persaingan industri adalah posisi relatif perusahaan dalam persaingan industri. Dalam matriks portofolio BCG, daya tarik bisnis tercermin dari sumbu (axis) horisontal. Indikator posisi relatif perusahaan dalam persaingan industri dapat diukur dari pangsa pasar (market share). Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan dalam persaingaan pasar. Pada dasarnya seluruh aktivitas perusahaan lebih banyak bersifat pengeluaran, sedangkan penjualan merupakan unsur penerimaan. Jadi semakin besar pangsa pasar atau semakin tinggi penjualan relatif perusahaan dalam industri berarti semakin tinggi penerimaan perusahaan yang merupakan komponen penting dalam perhitungan laba perusahaan.
Commanor dan Wilson (1967) serta Porter (1979) mengemukakan bahwa dalam mempelajari persaingan industri hal penting yang perlu diperhatikan adalah tingkat hambatan untuk keluar masuk industri (barrier to entry). Penggunaan rasio intensitas modal (capital intensiveness) yang diukur dari total aktiva terhadap penjualan sebagai indikator barier to entry. Semakin tinggi rasio intensitas modal menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk industri. Hal tersebut karena dibutuhkan lebih banyak aset untuk menghasilkan setiap unit penjualan.
Dari sudut pandang manajemen keuangan, rasio leverage keuangan merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan (everaged) profitabilitas perusahaan. Rasio leverage keuangan membawa implikasi penting dalam pengukuran resiko finansial perusahaan. Pengembangan analisis pendekatan tradisional ke pendekatan industri menunjukan dalam menentukan setiap aktivitasnya perusahaan harus memperhatikan atau membandingkannya dengan aktivitas yang dilakukan oleh pesaing (competitive benchmarking).
Sesuai dengan apa yang diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji perihal laporan keuangan yang berpengaruh terhadap tinggi rendahya penjualan perusahaan dengan mengangkat judul:” Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return On Asset (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Perusahaan Manufaktur Yang Go-Publik Di Indonesia ”.

1.2.  Perumusan Masalah
Sesuai latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan pokok permasalah sebagai berikut:
1.      Apakah Profitabilitas Industri berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) perusahaan.
2.      Apakah Rasio Leverage Keuangan Tertimbang berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan.
3.      Apakah Rasio Intensitas Modal Tertimbang berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan.
4.      Apakah Pangsa Pasar (Market Share) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) perusahaan.
5.      Apakah Produktivitas berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) perusahaan.
6.      Apakah Profitabilitas Industri berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.
7.      Apakah Rasio Leverage Keuangan Tertimbang berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.
8.      Apakah Rasio Intensitas Modal Tertimbang berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.
9.      Apakah Pangsa Pasar (Market Share) berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.
10.  Apakah Produktivitas berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai di dalam  penelitian ini antara lain:
1.            Untuk menganalisis apakah Profitabilitas Industri berpengaruh signifikan  terhadap Return On Asset (ROA) perusahaan.
2.            Untuk menganalisis apakah Rasio Leverage Keuangan Tertimbang berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) perusahaan.
3.            Untuk menganalisis apakah Intensitas Modal Tertimbang berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) perusahaan.
4.            Untuk menganalisis apakah Pangsa Pasar (Market Share) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) perusahaan.
5.            Untuk menganalisis apakah Produktivitas berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) perusahaan.
6.            Untuk menganalisis apakah Profitabilitas Industri berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.
7.            Untuk menganalisis apakah Rasio Leverage Keuangan Tertimbang berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.
8.            Untuk menganalisis apakah Rasio Intensitas Modal Tertimbang berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.
9.            Untuk menganalisis apakah Pangsa Pasar (Market Share) berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.
10.        Untuk menganalisis apakah Produktivitas berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan.

1.4.  Manfaat  Penelitian
a)      Memberikan bukti empiris tentang perhitungan rasio keuangan terhadap pengambilan kebijakan perusahaan.
b)      Bagi perusahaan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau pertimbangan untuk pengambilan keputusan berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam menyikapi permasalahan tentang tingginya penjualan atau penerimaan perusahaan dalam persaingan industri yang menjadi komponen penting dalam perhitungan laba perusahaan.
c)      Sebagai acuan untuk penelitian – penelitian selanjutnya khususnya dalam bidang akuntansi keuangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI

2.1.1.   Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas atau efisiensi dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau sekelompok aktiva perusahaan. Rasio Profitabilitas dapat diukur dari dua pendekatan yakni pendekatan penjualan dan pendekatan investasi (Horne 1992). Ukuran yang banyak digunakan adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

2.1.2.   Rasio Leverage
Rasio Leverage merupakan rasio neraca yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio Solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Fluktuasi bisnis perusahaan berdampak besar terhadap keuntungan pemilik ekuitas bila sebagian modal perusahaan diungkit (are levaged) oleh hutang. Oleh karena itu leverage keuangan meningkatkan  resiko pemilik modal (Brealy et al, 1995). Breard dan Dess (1979) mengembangkan suatu pendekatan lain dalam mengukur rasio  leverage keuangan. Perusahaan memasukan unsur leverage keuangan industri (RL1) sebagai penimbang dari rasio leverage keuangan tradisional.
Konsep analisis rasio tertimbang ini sekaligus mencerminkan bagaimana perusahaan melakukan benchmarking terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Wright at al (1996) mengemukakan bahwa competitive benchmarking merupakan proses perbandingan kinerja perusahaan dengan pesaing utama atau industri. Interpretasi rasio leverage keuangan tertimbang (RLT) pada dasarnya sama dengan rasio leverage keuangan tertimbang (RLP) telah memasukan unsur benchmarking. Nilai rasio leverage keuangan perusahaan (RLT) lebih dari 1 menunjukan bahwa rasio leverage keuangan tertimbang (RLP) sama dengan rasio keuangan industri (RLI), sedangkan  nilai rasio leverage keuangan perusahaan (RLP) kurang dari rasio leverage keuangan industri (RLI).

2.1.3.   Rasio Intensitas Modal
Pengukuran rasio perputaran total aktiva bila dibalik (reciprocal) akan mencerminkan rasio intensitas modal atau capital intensiveness (Brigham dan Gapensky, 1996). Comannor dan Wilson (1967) menemukan bukti bahwa pada tingkat konsentrasi industri yang tinggi rasio ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. (Mac Millan et al, 1982) menemukan hasil yang kontradiktif bahwa rasio intensitas modal perusahaan  (IMP) terbukti berpengaruh signifikan tetapi negatif terhadap semua sel matriks portofolio BCG. Hasil Mac Millan konsisten dengan penemuan Hermeindito (1997) yang membuktikan bahwa rasio intensitas modal perusahaan (IMP) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas  perusahaan tekstil dan produk tekstil dan produk tekstil yang go public di Indonesia.
2.1.4.  Pangsa Pasar
Analisis pangsa pasar mencerminkan kinerja pemasaran yang terkait dengan posisi persaingan perusahaan dalam suatu industri. Tinjauan teori menunjukan hubungan antara rasio-rasio yang mencerminkan persaingan industri dengan profitabilitas perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba tidak hanya mengandalkan total aktiva atau ekuitas dan kinerja keuangan tradisional, tetapi juga kemampuan perusahaan bersaing dalam industri. Dua ukuran rasio profitabilitas yakni ROA dan ROE serta 4 rasio yang penting dalam penyusunan kerangka konseptual dan hipotesis pada bagian berikutnya.

2.1.5.  Produktivitas
Definisi produktivitas adalah perbandingan output dan input. Dalam buku principles of construction managemen dijelaskan bahwa produktivitas adalah ukuran produksi, yang dalam istilah umum dapat diartikan sebagai keluaran dibagi dengan masukan (Roy Pilcher, 1992). Konsep profitabilitas industri yang digunakan Beard dan Dess (1979), mengacu pada dua perspektif, yakni dilihat dari kepentingan manajemen dan kepentingan pemilik modal. Keunikan dari interprestasi rasio profitabilitas industri yang diukur dari ROA dan ROE industri adalah bahwa rasio ini mencerminkan daya tarik bisnis (business attractiveness). Sedangkan konsep produktivitas industri yang digunakan adalah Inventory to Working capital, Cost of goods Sold to Inventory sales to Quick Asset, Sales to Cash, Sales to Accounts Receivable, Cash Flow To Total Assets dan Working Capital to Assets. Mas’ud Machfoedz, (1994), konsep ini menunjukan kinerja perusahaan yang ditinjau dari kegiatan produksi atau oprasionalnya.
Namun pada penelitian ini peneliti mencoba menganalisis tingkat Produktivitas dengan menggunakan Rasio Perputaran Persediaan, karena untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi perusahaan harus menghitung rasio perputaran perusahaan. Pada umumnya, semakin besar perputaran persediaan berarti semakin efisien manajemen persediaan perusahaan.

2.2.   Penelitian Terdahulu
        Penelitian terdahulu atau sebelumnya yang di ungkapkan merupaka penelitian yang sejenis atau hampir sama dengan penelitian ini. Persamaannya bahwa variabel rasio keuangan yang dianalisis merupakan variabel kelompok industri. Penelitian sebelumnya menggunakan obyek industri yang sama dengan penelitian ini, tetapi pada penelitian ini periode pengambilan datanya selama 3 tahun, sedangkan pada penelitian sebelumnya selama 4 tahun. Adapun perbedaannya bahwa rasio keuangan yang dianalisis berbeda pada periode penelitiannya yang diambil. Berikut ini disajikan hasil penelitian  sebelumnya seperti tampak pada tabel 1


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No

Peneliti / tahun

Variabel
Hasil Penelitian Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap ROA
Hasil Penelitian Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap ROE
1.
Cyrillius Martono (2002)
Independen:
·    Profitabilitas Industri (ROA & ROE industri)
·    Rasio Leverage
·    Rasio Intensitas Modal
·    Pangsa Pasar
Dependen:
·    ROA
·    ROE

a.  ROA industri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
b.  Rasio Leverage terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
c.  Rasio Intensitas Modal terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
d.  Pangsa Pasar terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA.
e.  ROE industri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE.
f.   Rasio Leverage terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE.
g.  Rasio Intensitas Modal terbukti berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROE.
h.  Pangsa Pasar terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE.
2.
Agus Sukarno
(2006)
Independen:
·    Profitabilitas (ROA & ROE industri)
·    Produktivitas
·    Rasio Leverage
·    Intensitas Modal
·    Pangsa Pasar
Dependen:
·    ROA
·    ROE

a.  ROA industri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
b.  Produktivitas terbukti berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA
c.  Rasio Leverage terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
d.  Rasio Intensitas Modal terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
e.  Pangsa Pasar terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA.
f.   ROE industri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE.
g.  Produktivitas terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE.
h.  Rasio Leverage terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE.
i.   Rasio Intensitas Modal terbukti berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROE.
j.   Pangsa Pasar terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE.
3.
Ahmad Fahri
(2003)
Independen:
·    Fixed Asset Ratio
·    Ukuran Perusahaan
·    Profitabilitas
·    Pertumbuhan Penjualan
Dependen:
·    Struktur Modal Perusahaan

a.  Fixed Assets Ratio mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan
b.  Varibel ukuran prusahaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan
c.  Varibel Profitablitas mempunyai pengaruh yang negatif terhadap struktur modal perusahaan
d.  Varibel pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap struktur modal perusahaan
4.
Edy Suwito&Arleen Herawati
(2005)
Independen:
·    Jenis Usaha
·    Ukuran Perusahaan
·    Rasio Profitabilitas
·    Rasio Leverage operasi
·    Rasio Net Profit Margin
Dependen:
·    Peralatan Laba

a.  Terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis usaha terhadap tindakan peralatan laba yang dilakukan oleh perusahaan
b.  Terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap tindakan peralatan laba yang dilakukan oleh perusahaan
c.  Terdapat pengaruh yang signifikan dari Rasio Profitabilitas terhadap tindakan peralatan laba yang dilakukan oleh perusahaan
d.  Terdapat pengaruh yang signifikan dari Rasio Leverage operasi perusahaan terhadap tindakan peralatan laba yang dilakukan oleh perusahaan
e.  Terdapat pengaruh yang signifikan dari Rasio Net Profit Margin perusahaan terhadap tindakan peralatan laba yang dilakukan oleh perusahaan

  Sesuai tabel diatas, penemuan dua penelitian sebelumnya menunjukan bentuk penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan lainnya dengan penelitian sebelumnya terdapat pada metode pendekatan analisa regresi, yaitu penelitian sebelumnya menggunakan Regresi Linier, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan Regresi Logarithma Natural Berganda.

2.3.   Kerangka Pemikiran
         Sebagai salah satu sarana yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan laporan keuangan harus mampu memberikan informasi yang relevan. Pengguna laporan keuangan juga harus mempunyai kemampuan untuk menginterpretasikan informasi–informasi yang ada untuk kemudian didapatkan kesimpulan dari data yang ada. Dari fakta di atas jelas terlihat disini bahwa peranan akuntansi sangatlah penting dalam sistim bisnis, karena dari sistem akuntansilah informasi–informasi yang sangat diperlukan ini digali. Dengan peran inilah akuntansi juga berfungsi sebagai mediator antara suatu entitas bisnis dan pihak–pihak yang memang terkait dengan aktivitas bisnis tertentu.
Adapun rasio keuangan yang digunakan sebagai angka pembanding dalam penelitian ini adalah ROA dan ROE industri, Produktivitas, Rasio Leverage keuangan Tertimbang, Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang masalah, karena keseluruhan rasio ini yang mempengaruhi ROA dan ROE perusahaan. ROA dan ROE industri akan mengukur daya tarik bisnis, karena indikator penting dalam persaingan industri adalah daya tarik binis (business attractiveness). Dari sudut pandang teori ekonomi mikro, bahwa dalam situasi kondisi persaingan, rate of return akan mengarah kepada keseimbangan (equality). Jadi day tarik bisnis yang tinggi akan mendorong pendatang baru untuk masuk dalam industri, sehingga laba abnormal tersebut lambat laun akan kembali menurun menuju laba normal. Kemudian untuk meningkatkan profitabilitas (ROA dan ROE industri) tersebut menurut sudut pandang manajemen keuangan dapat digunakan Rasio Leverage keuangan. Rasio Leverage keuangan tersebut membawa implikasi penting dalam pengukuran resiko finansial perusahaan, yaitu pengembangan analisis pendekatan tradisional ke pendekatan industri yang mempengaruhi perusahaan dalam menentukan aktivitasnya harus memperhatikan atau membandingkan aktivitasnya dengan aktivitas yang dilakukan oleh pesaing. Commanor dan Wilson (1967), serta Porter (1979) mengemukakan bahwa dalam mempelajari aktivitas persaingan industri hal penting yang harus diperhatikan adalah tingkat hambatan untuk keluar masuk industri (barrier to entry). Semakin tinggi Rasio Intensitas Modal (capital intensiveness) yang diukur dari total aktiva terhadap penjualan sebagai indikator barrier to entry berpengaruh semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk dalam industri. Indikator lain dalam persaingan industri adalah posisi relatif perusahaan dalam persaingan industri yang dapat diukur dari Pangsa Pasar (market share). Pangsa pasar mempengaruhi tingkat penjualan atau tingkat penerimaan perusahaan, yang apabila pangsa pasar semakin tinggi maka penjualan atau penerimaan perusahaan meningkat sehingga laba yang didapatkan perusahaan akan semakin tinggi. Dan produktivitas menurut Mas’ud Machfoedz (1994) menunjukan kinerja perusahaan yang ditinjau dari kegiatan produksi atau operasionalnya. Evaluasi kinerja perusahaan mengacu pada standar eksternal melalui competitive benchmarking yang memberikan gagasan untuk mengembangkan analisis rasio keuangan perusahaan individual dengan mempertimbangkan rasio industri.
Rasio-rasio keuangan tersebut dihitung dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan, kemudian dengan nilai-nilai atau hasil yang diperoleh dari laporan keuangan industri diperbandingkan dengan ROA dan ROE perusahaan yang dikeluarkan tiap tahun, yang kemudian di ambil kesimpulan dari penelitian tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas maka  kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran
 











Berdasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1.      Pengaruh Profitabilitas (ROA industri) terhadap ROA perusahaan.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan investasi yang tersedia di dalam perusahaan (Bambang Riyanto, 1997). Menurut Beard dan Dess dalam Cyrillius Martono (2002) Profitabilitas Industri mengacu pada dua persepektif, yakni dilihat dari kepentingan manajemen dan kepentingan pemilik modal. Keunikan dari interpreasi rasio profitabilitas industri yang diukur dari ROA dan ROE industri adalah bahwa rasio ini mencerminkan daya tarik bisnis (business attractiveness). Cyrillius Martono (2002) membuktikan bahwa ROA industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan. Berarti semakin tinggi ROA industri atau profitabilitas industri maka akan semakin baik keadaan suatu perusahaan. Dengan demikian maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
H1 : Profitabilitas industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan

2.      Pengaruh Produktivitas terhadap ROA perusahaan.
Rasio produktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan perusahaan. Menurut Mas’ud Mahfoedz dalam Agus Sukarno (2006) mengemukakan bahwa produktivitas menunjukkan kinerja perusahaan yang ditinjau dari kegiatan produksi dan operasionalnya. Agus Sukarno (2006) dalam penelitiannya menemukan pengaruh positif dan signifikan  variabel produktivitas terhadao ROA perusahaan. Konsep Produktivitas industri yang digunakan dalam penelitian ini di ukur dengan Rasio perputaran persediaan. Rasio untuk mengukur berapa lama rata-rata barang berada di gudang. Persediaan boleh meningkat seiring peningkatan aktivitas, atau karena perubahan kebijakan perusahaan (Nunung Ghoniyah, 2007). Kenaikan jumlah persediaan yang tidak proporsional dengan peningkatan aktivitas, maka terjadi pemborosan dalam pengelolaan persediaan yang berarti akan mengurangi pendapatan perusahaan demikian pula sebaliknya. Hal ini berarti apabila produktivitas naik maka pendapatan perusahaan yang dicerminkan dengan ROA perusahaan akan ikut naik. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
H2: Produktivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan.

3.      Pengaruh Rasio Leverage Keuangan Tertimbang terhadap ROA perusahaan.
Rasio Leverage menunjukkan seberapa banyak dana yang di supply oleh pemilik perusahaan dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan (Agus Sartono, 1998). Menurut Agus Sartono adanya penggunaan hutang bagi perusahaan mengandung beberapa implikasi yaitu :
a.       Pemberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan
b.      Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka keuntungan pemilik perusahaan akan meningkat
c.       Pemilik perusahaan akan memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan.
Oleh Bambang Riyanto (1997), menyatakan bahwa leverage keuangan adalah penggunaan dana yang disertai biaya tetap. Dengan demikian perusahaan yang menggunakan dengan menggunakan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage keuangan yang menguntungkan atau efek yang positif apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dari pada beban tetap dari penggunaan dana itu. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi rasio Leverage Keuangan maka semakin tinggi ROA perusahaan. Dalam penelitiannya Rachmat Setiono (2000) menemukan bahwa rasio leverage keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
H3: Rasio Leverage Keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan.

4.      Pengaruh Rasio Intensitas Modal Tertimbang terhadap ROA perusahaan.
Rasio intensitas modal adalah menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberdayakan total aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Rasio intensitas modal merupakan kebalikan rasio perputaran total aktiva yang diperbandingkan dengan penjualan bersih dibagi total asset (Agus Subardi, 1994). Berdasarkan penelitian sebelumnya Commannor dan Wilson (1967) menemukan bukti bahwa pada tingkat konsentrasi yang tinggi rasio ini berpengaruh terhadap ROA perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
H4: Rasio Intensitas Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan.

5.      Pengaruh Pangsa Pasar terhadap ROA perusahaan.
Analisis pangsa pasar mencerminkan kinerja pemasaran yang dikaitkan dengan posisi persaingan perusahaan dalam suatu industri. Dalam hal ini ketat dan sehatnya persaingan dimana perusahaan yang mampu untuk menghasilkan laba dan bersaing dalam industri akan dapat mempengaruhi ROA perusahaan. Dalam penelitiannya Ferdi Rindhatmono (2005) menemukan bahwa pangsa pasar berpengaruh positif dan  signifikan terhadap ROA perusahaan, sehingga tidak dapat di interpretasikan secara tepat. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
H5: Pangsa pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan.

6.      Pengaruh Profitabilitas (ROE industri) terhadap ROE perusahaan.
Rasio profitabilitas yang mencerminkan kepentingan pemilik modal adalah rasio Return On Equity (ROE). Nilai dari ROE mencerminkan daya tarik bisnis, sehingga semakin tinggi rasio ini akan semakin menarik pendatang baru. Penelitian sebelumnya oleh Cyrillius Martono dan (2002) dan Agus Sukarno (2006) menemukan bahwa ROE industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
H6 : Profitabilitas industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan.

7.      Pengaruh Produktivitas terhadap ROE perusahaan.
Rasio produktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan perusahaan. Rasio ini menyangkut perbandingan antar penjualan bersih dan berbagai investasi dalam aktiva-aktiva (Suad Husnan, 1993). Menurut Mas’ud Mahfoedz dalam Agus Sukarno (2006) membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan pada variable produktivitas terhadap ROE perusahaan. Agus Sukarno (2002) mengemukakan bahwa produktivitas menunjukkan kinerja perusahaan yang ditinjau dari kegiatan produksi dan operasionalnya.
Konsep Produktivitas industri yang digunakan dalam penelitian ini di ukur dengan Rasio perputaran persediaan. Rasio untuk mengukur berapa lama rata-rata barang berada di gudang. Persediaan boleh meningkat seiring peningkatan aktivitas, atau karena perubahan kebijakan perusahaan (Nunung Ghoniyah, 2007). Meningkatnya persediaan yang proporsional dengan aktivitas perusahaan mencerminkan keefektifan pengelolaan terhadap persediaan, sebaliknya kenaikan jumlah persediaan yang tidak proporsional dengan peningkatan aktivitas, maka terjadi pemborosan dalam pengelolaan persediaan yang bberarti akan mengurangi pendapatan perusahaan. Hal ini berarti apabila produktivitas naik maka pendapatan perusahaan yang dicerminkan dengan ROE perusahaan akan ikut naik. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
H7: Produktivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan.

8.      Pengaruh Rasio Leverage Keuangan Tertimbang terhadap ROE perusahaan.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Bambang Riyanto menyatakan bahwa leverage keuangan adalah penggunaan dana yang disertai biaya tetap. Dengan demikian perusahaan yang menggunakan dengan menggunakan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage keuangan yang menguntungkan atau efek yang positif apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dari pada beban tetap dari penggunaan dana itu. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi rasio leverage keuangan maka semakin tinggi ROE perusahaan. Dalam penelitiannya Rachmat Setiono (2000) menemukan bahwa rasio leverage keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
H8: Rasio Leverage Keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan.

9.      Pengaruh Intensitas Modal Tertimbang terhadap ROE perusahaan.
Rasio intensitas modal adalah menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberdayakan total aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Rasio intensitas modal merupakan kebalikan rasio perutaran total aktiva yang diperbandingkan dengan penjualan bersih dibagi total asset (Agus Subardi, 1994). Berdasarkan penelitian sebelumnya Commannor dan Wilson (1967) membuktikan bahwa pada tingkat konsentrasi yang tinggi rasio ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan.
H9: Rasio Intensitas Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan.

10.  Pengaruh Pangsa Pasar terhadap ROE perusahaan.
Analisis pangsa pasar mencerminkan kinerja pemasaran yang dikaitkan dengan posisi persaingan perusahaan dalam suatu industri. Kotler (2000) mengemukakan bahwa terdapat dua tipe dari permintaan yaitu permintaan pasar dan perusahaan. Untuk mengestimasi permintaan saat ini, perusahaan berusaha menentukan potensi pasar total. Untuk mengestimasi permintaan dimasa depan, perusahaan dapat melakukan survei atas maksud pembeli, meminta masukan dari staf penjualannya, mengumpulkan pendapat para pakar, dan atau melakukan pengujian pasar. Bazzel Gale dan Sultan dalam Cyrillius Martono (2002) mengemukakan bahwa pangsa pasar dengan profitabilitas, keduanya mencerminkan kualitas manajemen. Manajemen yang baik akan mampu meningkatkan pangsa pasar, kemampuan dalam mengendalikan biaya, dan mendorong produktivitas karyawan secara optimal. Dalam penelitiannya Cyrillius Martono (2002) dan Agus Sukarno (2006) membuktikan bahwa pengaruh pangsa pasar positif dan signifikan terhadap ROE. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H10: Pangsa Pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
        Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif kuantitatif, karena penelitian ini dilakukan menjelaskan suatu fenomena empiris. Yang jenis datanya yang diperlukan dan dikumpulkan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam skala numeric atau angka (Kuncoro, 2001). Data kuantitatif yang diperoleh merupakan merupakan data laporan keuangan perusahaan dari periode tahun 2005 sampai dengan 2007.

3.2 Populasi Dan Prosedur Penentuan Sampel
        Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang go-public di Indonesia. Dimana pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling dengan kriteria pemilihan berikut ini:
a.       Data perusahaan industri go-public yang terdaftar dan aktif di BAI yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2005-2007 dan website Jakarta Stock Exchange.
b.      Kerangka populasi dan sampel yang diambil memiliki karakteristik produk yang homogin untuk setiap industri, yaitu perusahaan yang mengolah atau memproduksi jenis barang yang sama dengan kata lain dalam satu jenis industri yang sama.
c.       Perusahaan yang diambil sebagai sampel dalam setiap industri adalah 50% dari data perusahaan yang digunakan sebagai proxy industri. Jadi yang digunakan sebagai sampel adalah hanya separuh perusahaan industri yang tersebar dari setiap industri yang memproduksi jenis barang yang sama yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian (Cyrillius Martono, 2002).

3.3 Jenis Dan Sumber Data
        Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari perusahaan manufaktur yang go-public di Indonesia. Bursa Aset Indonesia (BAI), Indonesian Capital Market Directory, dan Badan Pusat Statistik. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Adapun data yang diperlukan meliputi:
1.      Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan secara berturut-turut dari periode 2005 hingga 2007.
2.      Data rasio keuangan yang merupakan variabel independen yaitu: ROA dan ROE industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Rasio Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar dan Produktivitas beserta perubahannya yang dihitung dari laporan keuangan  tahunan perusahaan dari tahun 2005-2007.
        Namun mengingat bahwa tidak semua perusahaan manufaktur dapat memberikan data keuangan yang dibutuhkan. Maka penelitian ini difokuskan pada perusahaan manufaktur yang go-public di Indoesia, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan data keuangan yang dibutuhkan untuk analisis.

3.4 Metode Pengumpulan Data
Menurut Indriantoro dan Supomo metode pengumpulan data untuk data sekunder menggunakan dokumentasi dengan melakukan penelusuran data. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan penelusuran data baik secara manual maupun dengan komputer. Data yang diperoleh dari penelusuran secara manual berupa laporan keuangan perusahaan dan jurnal. Sedangkan data yang diperoleh dari penulusuran komputer berupa artikel dan database informasi.
   
3.5 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Variabel terikat Yang digunakan Dalam penelitian ini adalah :
1.      ROA (Return on Asset) Perusahaan
      Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapatkan laba (Agus Subardi, 1994).
                 



2.      ROE (Return on Equity) Perusahaan
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri (Agus Subardi, 1994). ROE dinyatakan sebagai berikut :
                 
   Variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.      Profitabilitas Industri
Profitabilitas digunaan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau sekelompok aktiva perusahaan. Profitabilitas dapat diukur melalui 2 rasio yaitu ROA dan ROE industri (Agus Subardi, 1994).
                 
2.      Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Industri
Rasio Leverage Keuangan Tertimbang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang (Nunung Ghoniyah, 2007). Rasio Leverage Keuangan Tetimbang dapat di rumuskan sebagai berikut :
                
3.      Rasio Intensitas Modal Tertimbang Industri
Rasio Intensitas Modal Tertimbang merupakan kebalikan dari rasio perputaran total aktiva yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Agus Subardi, 1994).:
                
4.      Pangsa Pasar Industri
Analisis pangsa pasar adalah mencerminkan kinerja pemasaran perusahaan dalam kondisi persaingan dalam suatu industri (Agus Subardi, 1994). Yang perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
                
5.      Produktivitas Industri
Produktivitas adalah konsep yang menunjukan kinerja perusahaan yang bisa dilihat dari kegiatan produksi atau oprasionalnya (Agus Subardi, 1994). Tingkat produktivitas perusahaan bisa dilihat dengan menghitung rasio perputaran persediaan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
                 

3.6.   Teknik Analisis
         Rasio-rasio keuangan bisa dikatakan memprediksi laba perusahaan adalah jika terdapat pengaruh rasio keuangan tersebut terhadap laba perusahaan. Maka untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa apakah Profitabilitas Industri, Produktivitas, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Intensitas Modal Tertimbang, serta Pangsa Pasar berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) perusahaan digunakan model analisis  regresi berganda. Alasan menggunakan metode ini karena penelitian ini menggunakan lebih dari satu variabel bebas.
3.7.   Uji Asumsi Klasik
       Sebelum persamaan regresi dilakukan. data yang ada lebih dahulu harus diuji kelayakannya menggunakan uji asumsi klasik. Supaya persamaan regresi yang diperoleh dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.
a.       Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (perubahan rasio Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, dan Produktivitas). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi adalah apabila nilai Variance Inflation Factor (VIF), Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF lebih kecil dari 5 (Singgih Santosa, 2002).

b.      Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya t (t-1). Autokorelasi pada model regresi artinya terdapat korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk menguji terjadi autokorelasi atau tidak digunakan uji Durbin Watson (Gujarati, 1995), dengan kriteria sebagai berikut :
1.      d < dl, maka Ho ditolak, berarti ada autokorelasi positif
2.      d £ d £ du,maka hasil pengujian berada pada daerah tanpa keputusan, berarti pengujian tidak menghasilkan kesimpulan (interv-conclusive).
3.      du < d < (4 – du) maka Ho diterima, berarti tidak ada autokorelasi positif
4.      (4 –du) £ d £ (4- dl)     maka hasil pengujian berada pada daerah tanpa keputusan, berarti pengujian tidak menghasilkan keputusan (inconclusive).
5.      d > (4 – dl)       maka Ho ditolak, berarti ada autokorelasi negatif
Keterangan :
du : batas atas Durbin Watson  dl : batas bawah Durbin Watson

c.   Uji Heteroskedastisitas
        Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah Homokedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan Glejser test (Gujarati, 1995), yaitu apabila semua variabel mempunyai nilai t-hitung lebih kecil  dari   t-tabel, pada α =5% dan dk (162-2) maka memenuhi asumsi heteroskedastisitas atau tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

d.  Uji Normalitas
        Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan cara analisis grafik. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat sebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.8.   Uji Persamaan Regresi Berganda
        Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas (perubahan rasio ROA dan ROE industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, dan Produktivitas terhadap variabel terikat (ROA perusahaan dan ROE perusahaan).
Y = a + b1 (Profitabilitas Industri) + b2 (Rasio Leverage) + b3 (Intensitas Modal) + b4 (Pangsa Pasar) + b5 (Produktivitas)
Keterangan :
Y = Perubahan Laba                                       b1 – b5 = Koefisien regresi
a  = Konstanta                                                
3.9.   Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa persentase dari variasi variabel terikat (ROA dan ROE perusahaan) dapat diterangkan oleh variasi dari variabel bebas (perubahan rasio ROA dan ROE industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, dan Produktivitas). Koefisien determinasi dapat dilihat dari besarnya Adjusted R2 dalam tampilan output SPSS.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat (Imam Ghozali, 2001).

3.10. Uji Hipotesis
3.10.1. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas (perubahan rasio ROA dan ROE industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, RAsio Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa pasar, dan Produktivitas) terhadap variabel terikat (ROA dan ROE perusahaan) secara parsial atau sendiri-sendiri.
Rumus yang digunakan :
     (Zainal Mustafa, 1995)
Dimana :
t    = Nilai t hitung                     Se = Standar error
b   = Koefisien regresi
        Dalam penelitian ini cara melakukan uji t adalah dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Menurut Algifari (1997), untuk menentukan t tabel ditentukan tingkat signifikansi 0.05 dengan derajat kebebasan df (n-k).
Perumusan Hipotesis
Ho : bi = 0
  Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (perubahan rasio ROA dan ROE industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, dan Produktivitas) terhadap variabel terikat (ROA dan ROE perusahaan) secara parsial.
Ha : bi ≠ 0
        Artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (perubahan rasio ROA dan ROE industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Rasio Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, dan Produktivitas) terhadap variabel terikat (ROA dan ROE perusahaan) secara parsial.
-         Apabila t hitung > t tabel, atau signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak, Ha diterima
-         Apabila t hitung < t tabel, atau signifikansi > 0.05 maka Ho diterima, Ha ditolak

-                                   
Gambar 3.1 : Pengujian Parsial
     
Adapun langkah-langkah dalam pegujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:
1.      Hipotesis statistik
Ho : bi = 0
Ha : bi ≠ 0
2.      Tingkat Signifikansi 0.05 dengan derajat kebebasan df (n-k)
3.      Kriteria penerimaan hipotesis
a.       Apabila t hitung > t tabel, atau signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak, Ha diterima
b.      Apabila t hitung < t tabel, atau signifikansi >0.05 maka Ho diterima, Ha ditolak

3.10.2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
         Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas (perubahan rasio ROA dan ROE industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, dan Produktivitas) secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel-variabel terikat (ROA dan ROE perusahaan). Rumus yang digunakan :
Dimana :
SSR = Sum of Squares due to Regression                   n = Banyaknya data
SSE = Sum of Squares Error                                      k = Jumlah variabel
MSR = Mean of Squares due to Regression
MSE = Mean of Squares due to Error
Dalam penelitian ini cara melakukan uji F adalah dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Menurut Algifari (1992), untuk menentukan F tabel ditentukan tingkat signifikansi 0.05 dengan derajat kebebasan df (k – 1) dan (n – k).
Perumusan Hipotesis
Ho : bi = 0
  Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (perubahan rasio ROA dan ROE industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Rasio Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar dan Produktivitas) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (ROA dan ROE perusahaan)  
Ha : bi ≠ 0
Artinya ada pengaruh antara variabel bebas (perubahan rasio ROA dan ROE industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Rasio Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar dan Produktivitas) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (ROA dan ROE perusahaan)
-         Apabila F hitung > F tabel, atau signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak, Ha diterima
-         Apabila F hitung < F tabel, atau signifikansi > 0.05 maka Ho diterima, Ha ditolak
-          
                           
Gambar 3.2 : Pengujian Simultan
        Adapun langkah-langkah dalam pegujian hipotesis secara simultan adalah sebagai berikut:
1.      Hipotesis statistik
Ho : bi = 0
Ha : bi ≠ 0
2.      Tingkat Signifikansi 0.05 dengan derajat kebebasan df (k-1) dan (n-k)
3.      Kriteria penerimaan hipotesis
a.       Apabila F hitung > F tabel, atau signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak, Ha diterima
b.      Apabila F hitung < F tabel, atau signifikansi >0.05 maka Ho diterima, Ha ditolak




BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Keuangan Kelompok Industri
         Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dan variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yang dijadikan variabel independen meliputi: ROA Industri dan ROE Industri (Profitabilitas), Produktivitas, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Rasio Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar sedangkan variabel dependen adalah ROA Perusahaan dan ROE Perusahaan.
         Dalam bab ini akan diuraikan hasil dari pengolahan data runtut waktu (time series) dari tahun 2005 sampai tahun 2007 mengenai kinerja perusahaan yang diukur melalui ROA Industri dan ROE Industri (Profitabilitas), Produktivitas, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Rasio Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, ROA Perusahaan dan ROE Perusahaan dengan formulasi-formulasi yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dalam pengolahan data atau perhitungan rasio-rasio perusahaan tersebut menggunakan program excel. Sedangkan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan komputer melalui program SPSS versi 12.00.
         Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah go-public di Indonesia. Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu perusahaan industri yang tercatat dan telah go-publik di Bursa Efek Jakarta dengan periode pengamatan tahun 2005-2007 yaitu berjumlah 54 perusahaan yang dipilih berdasarkan kriteria, adapun penentuan perusahaan sampel yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Jogiyanto,2004). Jumlah perusahaan pada masing-masing jenis industry manufaktur sebagai proxy industri dan jumlah perusahaan yang terpilih sebagai sampel disajikan dalam table 4.1.
Tabel 4.1
Identifikasi Sampel Penelitian

No
Industri
Proxy Industri
Sampel
1
Food and Beverage
19
10
2
Textile
9
5
3
Apparel and Other textile
15
8
4
Plastic & Glass Product
11
6
5
Metal Product
11
6
6
Cable
6
3
7
Electronic & Office Equipment
3
2
8
Automotive & Allied Product
17
9
9
Pharmaceucal
9
5

JUMLAH
100 perusahaan
54 perusahaan
sumber : Indonesian Capital Market Directory

4.2. Analisis Deskriptif
4.2.1.   Rata-rata Laba dan Modal Kelompok Industri
        Gambaran Keuangan ini Menunjukan potensi keuangan masing-masing keuangan kelompok industri selama 3 tahun, dari tahun 2005-2007. Kondisi rata-rata keuangan selama 3 tahun tersebut, untuk masing-masing kelompok industri menunjukan perbedaan yang sangat signifikan pada perolehan Laba Usaha (Net Operating Income), Total Aktiva, Laba Bersih (EAT), dan Ekuitas, yang secara jelas tampak pada tabel
Tabel 4.2
Rata-rata Laba Usaha, Total Asset, Laba Bersih,
dan Equity Kelompok Industri Tahun 2005-2007.

               
No
Kelompok Industri
Laba Usaha
Total Assets
Laba Bersih
Ekuitas
1
Food and Baverages
283,641,340,514
2,896,045,812,335
113,494,508,747
1,010,414,762,669
2
Textile Mill Products
118,249,635,935
   574,897,855,021
(34,248,525,943)
(229,302,943,552)
3
Apparel and Other Textile Products
  19,198,176,708
1,182,237,591,051
       233,161,209
   448,388,180,275
4
Plastics and Glass Products
  12,684,436,536
   407,203,411,871
    3,955,023,066
   171,174,360,381
5
Cable
 76,068,486,466
1,152,873,483,386
58,552,189,557
   363,513,530,797
6
Metal and Allied Products
16,507,619,144
 214,682,168,406
 5,240,790,287
 62,172,629,744
7
Electronic and Allied Products
76,369,043,283
618,795,710,005
38,211,472,421
281,899,287,797
8
Automotive and Allied Products
83,133,170,208
1,786,716,909,146
49,824,318,250
407,534,182,669
9
Pharmaceuticals
270,758,306,479
1,320,053,441,687
166,594,824,479
925,771,149,437
sumber : data mentah 2005-2007

Pada Tabel.2 diatas, nampak bahwa Total Asset terbesar diantara kelompok industri adalah Kelompok Industri Food And Beverages dengan total asset mencapai Rp 2.896.045.812.335. Sementara itu kelompok industri dengan total asset terendah Metal and Allied Products 214.682.168.406. Perbandingan total asset tertinggi dan terendah tersebut mencapai 13:1. Besarnya asset kelompok industri yang dibiayai dari ekuitas,  besarnya masing-masing berbeda, tetapi ekuitas tertinggi pada kelompok indusri Food And Beverages sebesar Rp 1.010.414.762.669 dan terendah pada Metal and Allied Products dengan rata-rata ekuitas Rp 62.172.629.744 atau dengan perbandingan 16:1. Dengan demikian Food And Beverages lebih mengandalkan modal sendiri dari pada modal asing, sehingga Food And Beverages lebih mempunyai kekuatan permodalan dalam jangka panjang. Hal ini sesuai sifat modal sendiri atau ekuitas yaitu modal yang selalu tertanam didalam perusahaan, dan memiliki kekuasaan yang mempengaruhi politik perusahaan (Bambang Riyanto, 2000).
        Dalam kelompok industri masih dijumpai adanya kelompok industri dengan modal sendiri yang besarnya negatif (-), sehingga kelompok industri ini sangat mengandalkan pada modal asing didalam membiayai assetnya. Dalam tabel tampak Textile Mill Products memiliki ekuitas sebesar Rp (229.302.943.552), dengan total asset sebesar Rp 574.897.855.021. Pada kelompok industri ini kondisi keuangannya sangat mengkhawatirkan karena sesuai sifat modal asing yaitu modal yang menanggung beban bunga tetap tapa memandang adanya keuntungan atau kerugian, juga sebagai modal yang hanya sementara turut bekerja dalam perusahaan (Bambang Riyanto, 2000).
         Masih dalam tabel diatas, Food And Beverages yang memiliki asset dan modal sendiri atau ekuitas terbesar diantara kelompok industri, dapat menghasilkan laba usaha dari kegiatan pokok usahanya mencapai Rp 283,641,340,514  dan untuk Metal and Allied Products Rp 16,507,619,144 atau dengan perbandingan 17:1. Dengan melihat pada perbandingan asset 13:1, maka Food And Beverages lebih efektif dalam mencapai laba usaha, artinya Food And Beverages lebih memiliki kemampuan yang lebih baik di dalam mencapai laba usaha.
Textile Mill Products dengan asset Rp 574,897,855,021 atau jika dibandingkan dengan Food And Beverages adalah 1:5, telah menghasilkan laba usaha sebesar 118,249,635,935 atau jika dibandingkan dengan Food And Beverages adalah 1:2, dengan demikian Textile Mill Products lebih efektif. Didalam melakukan usaha pokoknya.
 Pharmaceuticals memiliki Laba Bersih terbesar diantara kelompok industri, dapat menghasilkan laba bersih dari kegiatan pokok usahanya dan diluar usaha pokoknya mencapai Rp 166,594,824,479 dan untuk Textile Mill Products Rp (34,248,525,943) atau dengan perbandingan ± 166:1. Dalam tabel diatas Laba bersih Food And Beverages 113,494,508,747 dan Textile Mill Products sebesar Rp (34,248,525,943) atau dengan perbandingan ± 113:1.Dengan melihat pada perbandingan laba bersih tersebut, maka Food And Beverages Lebih efektif dalam mencapai laba bersih, artinya Food And Beverages lebih memiliki kemampuan yang lebih baik di dalam mencapai laba bersih. Bagi Textile Mill Products sudah dapat dipastikan bahwa tidak diperolehnya laba bersih (Rugi), disebabkan karena struktur permodalannya semua menggunakan modal asing sehingga perusahaan ini menanggung beban tetap berupa bunga pinjaman.
Perbandingan laba bersih Pharmaceuticals sebesar 166,594,824,479 dengan Food And Beverages Rp 113,494,508,747 atau dengan perbandingan 1,5:1, Asset masing-masing  Pharmaceuticals Rp 1,320,053,441,687 dan Food And Beverages sebesar 2,896,045,812,335 atau dengan perbandingan 1:2. Dengan demikian Pharmaceuticals lebih memiliki kemampuan yang lebih baik di dalam mencapai laba bersih dari pada Food And Beverages.






4.2.2. Rata-rata Penjualan, Persediaan, Harga Pokok Penjualan, dan Hutang

Tabel 4.3
Rata-rata Penjualan, Rata-rata  Persediaan, Harga Pokok Penjualan,
Total Hutang Kelompok Industri Tahun 2005-2007


Kelompok Industri
HPP
Rata-rataPers
Penj Bersih
Total Hutang
1
Food And Baverages
2.084.952.869.680
261.555.140.603
  2.732.608.090.686
1.718.473.199.613
2
Textile Mill Products
382.350.567.724
130.166.357.829
     393.481.697.284
724.249.291.603
3
Apparel And Other Textile Products
913.383.442.555
218.910.437.513
  1.058.012.624.953
757.383.880.958
4
Plastics And Glass Products
295.036.164.020
  56.690.168.337
     335.525.130.392
 232.946.664.286
5
Cable
935.445.044.188
233.655.080.636
  1.090.231.970.318
 791.382.683.467
6
Metal And Allied Products
191.463.885.875
  60.342.609.143
     231.295.370.552
154.139.367.845
7
Electronic And Allied Products
1.091.318.234.137
  97.921.427.729
  1.290.542.694.375
408.532.315.937
8
Automotive And Allied Products
1.601.038.632.420
277.777.957.643
  1.856.809.147.811
1.352.675.360.103
9
Pharmaceuticals
1.128.791.994.616
311.160.312.735
  2.039.999.931.735
481.124.632.731
sumber : data mentah 2005-2007

Pada Tabel.3 diatas, nampak bahwa Harga Pokok Penjualan terbesar diantara kelompok industri adalah Kelompok Industri Food And Beverages dengan total asset mencapai Rp 2.084.952.869.680 Sementara itu kelompok industri dengan Harga Pokok Penjualan terendah adalah Metal and Allied Products 191.463.885.875. Perbandingan Harga Pokok Produksi tertinggi dan terendah tersebut mencapai 10:1. Besarnya Harga Pokok Penjualan industri dipengaruhi oleh besarnya persediaan barang dagangan yang dimiliki pesrusahaan dalam kelompok industri. Besarnya persediaan masing-masing berbeda, dalam tabel diatas persediaan pada kelompok indusri Food And Beverages sebesar Rp 261.555.140.603  dan pada industri Metal and Allied Products memiliki rata-rata dari rata-rata persediaan sebesar Rp 60.342.609.143  atau dengan perbandingan 4:1. Dengan demikian Food And Beverages lebih memiliki modal yang lebih banyak untuk membeli persediaan perusahaan, sehingga Food And Beverages lebih mempunyai potensi menjual yang lebih baik. Hal ini menunjukan bahwa manajemen persediaan perusahaan Food And Beverages lebih efisien, karena perputaran persediaannya lebih besar.

4.3.  Rasio Keuangan Kelompok Industri
         Rasio Keuangan pada masing-masing kelompok industri berbeda secara signifikan karena struktur permodalan dan laba usaha yang diperoleh berbeda untuk setiap industri. Melalui rasio keuangan akan dapat diketahui perbedaan kinerja keuangan, sehingga dengan melihat rasio keuangan kelompok industri akan dapat diketahui kelompok industri mana yang sudah efektif atau efisien. Berikut ini disajikan rasio keuangan kelompok industri seperti tampak pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Rata-rata Return on Assets Industri, Return on Equity Industri, Produktivitas,
Rasio Leverage Keuangan,  Rasio Intensitas Modal, Pangsa Pasar, Return on Assets Perusahaan, Return on Equity Perusahaan Per Kelompok Industri Tahun 2005-2007:

Kelompok Industri
ROAi X1
ROEi
X2
Prod
X3
R.LK
X4
R.IM
X5
PP
X6
ROA p
Y1
ROE p
Y2
Food and Baverages
9.932
11.415
9.362
52.425
7.369
10.208
10.415
11.562
Textile Mill Products
5.904
11.333
8.787
(23.616)
7.187
13.541
5.820
2.184
Apparel and Other Textile Products
7.682
6.813
8.382
13.311
7.233
11.041
8.205
0.848
Plastics and Glass Products
8.759
7.330
8.916
(170.313)
7.197
12.430
8.571
11.120
Cable
9.958
10.799
8.971
54.193
7.429
17.985
9.693
10.578
Metal and Allied Products
10.077
10.155
9.145
69.280
7.359
12.430
11.324
11.339
Electronic and Allied Products
12.537
12.476
10.559
70.802
9.663
23.541
39.908
12.369
Automotive and Allied Products
9.031
10.270
9.599
188.343
7.362
10.828
10.984
10.978
Pharmaceuticals
12.480
12.450
8.285
33.321
7.300
13.541
12.167
11.811
Jumlah
86.359
93.041
82.006
287.747
68.099
125.543
117.087
82.788
Rata-rata
9.595
10.338
9.111
31.972
7.566
13.949
13.009
9.199
sumber : data mentah 2005-2007

Pada Tabel.4.4 diatas, ROA Perusahaan (ROAp) menjelaskan tentang besarnya laba operasi atau usaha pokok perusahaan yang dapat dicapai perusahaan dari total assets yang digunakan. ROA perusahaan terbesar diantara kelompok industri adalah Kelompok Industri Electronic and Allied Products dengan ROA perusahaan mencapai 39,908 > dari rata-rata seluruh industri 13,09, sehingga efisien. Kelompok industri dengan ROA Perusahaan terendah adalah Metal and Allied Products sebesar 5,820 < 13,09 atau tidak efisien. Pada tabel 2, Food And Beverages memiliki total assets terbesar mencapai Rp 2.896.045.812.335, dan terendah Metal and Allied Products 214.682.168.406. Dengan demikian assets yang besar belum menjamin diperolehnya ROA yang besar pula, atau Food And Beverages kurang efektif dari pada Electronic and Allied Products di dalam mencapai Net Operating Income. 
ROE Perusahaan menunjukkan perbandingan Earning After Taxes dengan equity (modal sendiri), atau menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.  ROE Perusahaan terbesar diantara kelompok industri adalah Kelompok Industri Electronic and Allied Product dengan ROE Perusahaan sebesar 12,369 > dari rata-rata seluruh industri 9,195, sehingga efisien. Sementara itu kelompok industri dengan ROE Perusahaan terendah adalah Apparel and Other Textile Products sebesar 0.848 < dari 9,195 atau tidak efisien. Pada tabel 2, Food And Beverages memiliki equity terbesar Rp 1,010,414,762,669 dan terendah Metal and Allied Products dengan rata-rata ekuitas 62,172,629,744. Dengan demikian Electronic and Allied Product di dalam mencapai laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri lebih efisien dari pada Electronic and Allied Product. Demikian pula dapat dilihat bahwa ROA dan ROE Electronic and Allied Products menempati tertinggi diantara seluruh industri, sehingga manajemen di dalam menerapkan kebijakan deviden untuk equity sudah tepat, yaitu mempertimbangkan kepentingan  pemilik modal (pemegang saham) dengan kepentingan manajemen.  Sebaliknya Food And Beverages yang memiliki total assets dan equity terbesar   ROA dan ROE hanya mencapai masing-masing 10,415 dan 11,562 < Electronic and Allied Product dengan ROA 39,908 dan ROE Perusahaan sebesar 12,369 . Dengan Food And Beverages kurang tepat di dalam melakukan kebijakan deviden (deviden yang diumumkan), dengan kata lain, bahwa manajemen Electronic and Allied Product di dalam mengendalikan keuangannya telah berorientasi pada pemilik modal atau pemegang saham dan manajemen.
         Perbedaan kinerja keuangan ROAp dan ROEp diantara industri mencerminkan perlunya pengendalian kinerja keuangan tersebut yang tidak hanya berkaitan dengan kebijakan deviden tetapi faktor lain seperti Return on Assets Industri, Return on Equity Industri, Produktivitas, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Rasio Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar,
  ROA Industri terbesar diantara kelompok industri adalah Kelompok Industri Electronic and Allied Product dengan ROA Industri 12,537 > rata-rata seluruh industri 9.595 atau efisien, ROA Industri terendah adalah Textile Mill Products 5.904 < rata-rata seluruh industri  9.595, atau tidak efisien.
ROE Industri terbesar diantara kelompok industri adalah Kelompok Industri Electronic and Allied Product dengan ROE Industri sebesar 12.476. Sementara itu kelompok industri dengan ROE Industri terendah adalah Apparel and Other Textile Products sebesar 6.813. Electronic and Allied Product dengan ROE industri sebesar 12.476 berarti > dari rata-rata ROE industri seluruh industri 10.338 atau efisien. Dan ROE industri Apparel and Other Textile Products dengan ROE industri sebesar 6.813 berarti < dari rata-rata ROE seluruh industri 10.338 atau tidak efisien.
Produktivitas terbesar diantara kelompok industri adalah kelompok industri Electronic and Allied Products dengan produktivitas sebesar 10.559 berarti > dari rata-rata produktivitas seluruh industri 9.111 atau efisien. Produktivitas terendah adalah Pharmaceuticals sebesar 8.285 berarti < dari rata-rata produktivitas seluruh industri 9.111 atau tidak efisien.
Rasio Leverage Keuangan Tertimbang terbesar diantara kelompok industri adalah kelompok industri Automotive and Allied Products sebesar 188.343 berarti > dari rata-rata seluruh industri 31.972 atau efisien. Rasio Leverage Keuangan Tertimbang terendah adalah Plastics and Glass Products sebesar (170.313) berarti < dari rata-rata seluruh industri 31.972 atau tidak efisien.
Rasio Intensitas Modal Tertimbang terbesar diantara kelompok industri adalah kelompok industri Electronic and Allied Products  sebesar 9.663 berarti > dari rata-rata seluruh industri 7.566 atau efisien. Rasio Intensitas Modal terendah adalah Textile Mill Products sebesar 7.187 berarti < dari rata-rata seluruh industri 7.566 atau tidak efisien.
Pangsa Pasar terbesar diantara kelompok Industri adalah Electronic and Allied Products sebesar 23.541 berarti > dari rata-rata seluruh Industri 13.949 atau efisien. Pangsa Pasar terendah adalah Food and Baverages sebesar 10.208, berarti < dari rata-rata seluruh Industri 13.949 atau tidak

4.4.   Uji Asumsi Klasik
Pengujian BLUE untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan kualitas data pada model regresi linier berganda yang penggunaannya harus memenuhi syarat-syarat  asumsi klasik, sebagai berikut.
1).  Uji  Multikolinearitas
Gejala multikolinearitas ditandai dengan adanya hubungan diantara variabel bebas. Gejala multikolinearitas diantara variabel tampak pada tabel 4.4.


Tabel 4.5
Uji Multikolinieritas Antar Variabel Bebas


Variabel Bebas
VIF (ROA)
VIF (ROE)
1
Profitabilitas Industri-ROA (X1.1)
1,575
1,575
2
Profitabilitas Industri-ROE (X1.2)
1,540
1,540
3
Produktivitas (X2)
1,023
1,023
4
Rasio Leverage Keuangan (X3)
1,070
1,070
5
Rasio Intensitas Modal (X4)
1,042
1,042
6
Pangsa Pasar (X5)
1,035
1,035
sumber : output data spss

Pada tabel di atas, semua variabel bebas mempunyai nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 5, sehingga memenuhi asumsi multikolinearitas, artinya tidak terjadi multikolinearitas (Singgih Santosa, 2002)  

2).  Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi  adalah untuk mengetahui hubungan atau korelasi antar anggota dari serangkaian data pengamatan yang diuraikan menurut waktu (times-series) dan ruang (cross scction).
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi ROA

Batas Atas (dl)
Durbin-Watson
Batas Bawah (du)
1,66
2,013
1,82
sumber : output data spss

Hasil perhitungan ROA diperoleh nilai koefisien Durbin-Watson sebesar 2,313. Nilai Durbin-Watson dibandingkan Nilai Durbin-Watson tabel untuk n = 162 dan k = 6 dengan µ = 5% maka diperoleh du = 1,66 dan  dl = 1,82, sedangkan 4 - dl = 2,34 dan 4 - du = 2,18. Hasil ini Nilai Durbin-Watson terletak diantara du dan 4-du dengan demikian menunjukkan tidak ada autokorelasi.
Tabel 4.7
Uji Autokorelasi ROE

Batas Atas (dl)
Durbin-Watson
Batas Bawah (du)
1,66
1,974
1,82


Hasil perhitungan ROE diperoleh nilai koefisien Durbin-Watson sebesar 2,313. Nilai Durbin-Watson dibandingkan Nilai Durbin-Watson tabel untuk n = 162 dan k = 6 dengan µ = 5% maka diperoleh du = 1,66 dan  dl = 1,82, sedangkan 4 - dl = 2,34 dan 4 - du = 2,18. Hasil ini Nilai Durbin-Watson terletak diantara du dan 4-du dengan demikian menunjukkan tidak ada autokorelasi.
3). Uji Heteroskedastisitas
Gejala heteroskedastisitas terjadi jika nilai variabel residual untuk setiap pengamatan bervariasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan Glejser test (Gujarati, 1995).  Hasil pengujian  dengan meregresikan nilai mutlak variabel residual (Abresid) dengan variabel bebas diperoleh uji heteroskedastisitas seperti   tabel  4.8.
Tabel 4.8
Uji  Heterosedastisitas Pengaruh Variabel Bebas
Terhadap Variabel Tidak Bebas Abresid ROA


V          Variabel Bebas
t-hitung (ROA)
t-tabel (ROA)
1
Profitabilitas Industri-ROA (X1.1)
0,002
± 1,960
2
Profitabilitas Industri-ROE (X1.2)
-0,011
± 1,960
3
Produktivitas (X2)
-0,002
± 1,960
4
Rasio Leverage Keuangan (X3)
0,051
± 1,960
5
Rasio Intensitas Modal (X4)
-0,007
± 1,960
6
Pangsa Pasar (X5)
0,015
± 1,960

t-hitung  < t- table
Tdk Signifikan

Keterangan : Variabel dijelaskan atau tidak bebas : Abresid  Y
sumber : output data spss

Tabel 4.9
Uji  Heterosedastisitas Pengaruh Variabel Bebas
Terhadap Variabel Tidak Bebas Abresid ROE

    Variabel Bebas
t-hitung (ROE)
t-tabel (ROE)
1
Profitabilitas Industri-ROA (X1.1)
0,000
± 1,960
2
Profitabilitas Industri-ROE (X1.2)
-0,003
± 1,960
3
Produktivitas (X2)
0,000
± 1,960
4
Rasio Leverage Keuangan (X3)
-0,102
± 1,960
5
Rasio Intensitas Modal (X4)
-0,002
± 1,960
6
Pangsa Pasar (X5)
0,005
± 1,960

t-hitung  < t- table
Tdk Signifikan

Keterangan : Variabel dijelaskan atau tidak bebas : Abresid  Y
sumber : output data spss

Pada tabel di atas, semua variabel mempunyai nilai t-hitung  lebih kecil  dari   t-tabel, pada α =5% dan dk (162-2) sehingga memenuhi asumsi heterosedastisitas atau tidak terjadi gejala heterosedastisitas.

4)  Uji Normalitas 
Uji normalitas merupakan uji kenormalan data untuk mengetahui apakah dalam hasil persamaan regresi yang diteliti berdistribusi normal dengan melihat bentuk grafik normalitity P-Plot. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Hasil uji normalilitas dalam gambar 4.2 dan gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.10
Uji Normalitas
Variabel Bebas Terhadap ROA Perusahaan

Pada gambar 4.2 uji normalitas variable bebas terhadap ROA perusahaan di atas, sebaran data dari variabel penelitian tidak berdistribusi normal, sehingga memenuhi asumsi normalitas yang ditunjukkan dengan titik-titik yang menyebar disekitar diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal.
Gambar 4.11
Uji Normalitas
Variabel Bebas Terhadap ROE Perusahaan



Pada gambar uji normalitas variable bebas terhadap ROE perusahaan di atas, sebaran data dari variabel penelitian tidak berdistribusi normal, sehingga memenuhi asumsi normalitas yang ditunjukkan dengan titik-titik yang menyebar disekitar diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal.



4.5. Analisis Regresi
1.      Analisis Regresi ROA Perusahaan

Analisis regresi berganda pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap ROA Perusahaan (Y1) yang dihitung dengan aplikasi SPSS for Window hasilnya  seperti pada tabel  sebagai berikut.
Tabel 4.12
Hasil Regresi Return On Assets
                                                                                                                  
Model

Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics


B
Std. Error
Beta


Tolerance
VIF
1
(Constant)
-8.652
3.109

-2.783
.006



ROAi
.902
.211
.335
4.273
.000
.635
1.575

Produktivitas
-.093
.193
-.030
-.481
.631
.978
1.023

Rasio LK
.001
.002
.024
.379
.705
.934
1.070

Rasio IM
9.441
1.128
.533
8.368
.000
.959
1.042

PP
-.069
.080
-.055
-.867
.387
.966
1.035
  a  Dependent Variable: ROA
  sumber : output data spss

Berdasarkan tabel output SPSS di atas dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
Variabel ROA industri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan, dengan nilai t hitung 4,273 dan dengan nilai b  = 0,902 Artinya, apabila ROA industri (X1.1) meningkat sebesar 10,  maka ROA Perusahaan (Y1) akan meningkat dengan skor 9,02
Variabel Produktivitas terbukti berpengaruh negatif  dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan, dengan nilai t hitung -0,481, dan dengan nilai b = -0,093 Artinya, apabila Produktivitas (X2) meningkat sebesar 10,  maka ROA Perusahaan (Y1) akan meningkat dengan skor -0,93
Variabel Rasio Leverage Keuangan terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan,dengan nilai t hitung 0,379, dan dengan nilai b = 0,001 Artinya, apabila skor Rasio Leverage Keuangan (X3) meningkat sebesar 10, maka ROA Perusahaan (Y1) akan meningkat dengan skor 0,01.
Variabel Rasio Intensitas Modal terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan,dengan nilai t hitung sebesar 8,368, dan dengan nilai b = 9,441 Artinya, apabila skor Rasio Itensitas Modal (X4) meningkat sebesar 10, maka ROA Perusahaan (Y1) akan meningkat dengan skor 94,41.
Variabel Pangsa Pasar  (market share) terbukti berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan, dengan nilai t hitung sebesar 0,387, dan dengan nilai b = -0,069 Artinya, apabila skor Rasio Pangsa Pasar (X3) meningkat sebesar 10, maka ROA Perusahaan (Y1) akan meningkat dengan skor 0,69.
2.      Analisis Regresi ROE Perusahaan
Analisis regresi berganda pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap ROE Perusahaan (Y1) yang dihitung dengan aplikasi SPSS for Window hasilnya  seperti pada tabel  sebagai berikut.
Tabel 4.13
Hasil Regresi ROE Perusahaan
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Sig.
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF
1
(Constant)
4.977
5.476

.909
.365


ROEi
.556
.451
.113
1.232
.220
.650
1.540
Produktivitas
-.135
.340
-.030
-.396
.692
.978
1.023
Rasio LK
-.020
.004
-.367
-4.807
.000
.934
1.070
Rasio IM
3.035
1.987
.115
1.528
.129
.959
1.042
PP
.037
.140
.020
.262
.794
.966
1.035
sumber : output data spss

Berdasarkan tabel output SPSS di atas dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
Variabel ROE industri terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan ,dengan nilai t hitung 1,232 dan dengan nilai b = 0,556 Artinya,  apabila  Produktivitas (X2) meningkat sebesar 10,  maka ROE Perusahaan (Y2) akan meningkat dengan skor 5,56.
Variabel Produktivitas terbukti berpengaruh negatif  dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan, dengan nilai t hitung -0,396, dan dengan nilai b = -0,093 Artinya, apabila Produktivitas (X2) meningkat sebesar 10,  maka ROE Perusahaan (Y2) akan meningkat dengan skor -0,93.
Variabel Rasio Leverage Keuangan terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE perusahaan, dengan nilai t hitung -4,807, dan dengan nilai b = -0,135 Artinya,  apabila  Rasio Leverage Keuangan Tertimbang (X3) meningkat  sebesar 10,  maka ROE Perusahaan (Y2) akan meningkat dengan skor 1,35.
Variabel Rasio Intensitas Modal terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan, dengan nilai t hitung sebesar 1,528, dan dengan nilai b = -0,020 Artinya,  apabila  Rasio Intensitas Modal Tertimbang (X4) meningkat sebesar 10,  maka ROE Perusahaan (Y2) akan meningkat dengan skor 0,20.
Variabel Pangsa Pasar  (market share) terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan, dengan nilai t hitung sebesar 0,262, dan dengan nilai b =  3,035 Artinya,  apabila  skor Pangsa Pasar (X5) meningkat sebesar 10, maka ROE Perusahaan (Y2) akan meningkat dengan skor 30,35.

4.6 Pengujian Pengaruh Rasio Keuangan Secara Bersama-sama
Kemudian Pengujian pengaruh Rasio Keuangan secara bersama sesuai hasil SPSS menghasilkan uji-F seperti pada tabel  4.14.
Tabel 4.14
Test Signifikansi Uji F Terhadap ROA
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
33929.245
6
5654.874
16.921
.000a
Residual
51799.459
155
334.190


Total
85728.704
161



a. Predictors: (Constant), PP, Rasio LK, Produktivitas, ROEi, Rasio IM, ROAi
b. Dependent Variable: ROA




 sumber : output data spss

Pada tabel di atas, test statistik F hitung (16,921) > F tabel (2,26) pada tingkat kesalahan (a) = 0,05  dan degree of  freedom: (k – 1) ; (n – k);= (6-1) : (162-6); atau Sig 0,000 < a (0,05). Dengan demikian menerima hipotesis alternatif (Hi) yang menyatakan bahwa secara keseluruhan Rasio Keuangan dalam bentuk ROA Industri, Rasio Leverage Keuangan, Rasio Intensitas Modal, dan Pangsa Pasar berpengaruh secara signifikan terhadap ROA Perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI.






Tabel 4.15
Test Signifikansi Uji Adjusted R Square ROA
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.629a
.396
.372
18.28087
2.013
a. Predictors: (Constant), PP, Rasio LK, Produktivitas, ROEi, Rasio IM, ROAi
sumber : output data spss

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa persentase dari variasi variabel terikat dapat diterangkan oleh variasi dari variabel bebas. Koefisien determinasi dapat dilihat dari besarnya Adjusted  R2 dalam tampilan output SPSS.
Dari table 4.15 tampak bahwa nilai Adjusted  R2 sebesar 0,372 (37,2%) berarti kemampuan variabel-variabel bebas (perubahan rasio ROA industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, dan Produktivitas) dalam menjelaskan variasi variabel terikat (ROA perusahaan) sebesar 37,2%, sisanya sebesar 62,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi.
Tabel 4.16
Test Signifikansi Uji F ROE

ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
29258.453
6
4876.409
4.704
.000a
Residual
160692.220
155
1036.724


Total
189950.673
161



a. Predictors: (Constant), PP, Rasio LK, Produktivitas, ROEi, Rasio IM, ROAi
b. Dependent Variable: ROE
sumber : output data spss





Pada tabel di atas, test statistik F hitung (4,704) > F tabel (2,26) pada tingkat kesalahan (a) = 0,05  dan degree of  freedom: (k – 1) ; (n – k);= (6-1) : (162-6); atau Sig 0,007 < a (0,05). Dengan demikian menerima hipotesis alternatif (Hi) yang menyatakan bahwa secara keseluruhan Rasio Keuangan dalam bentuk ROE Industri, Produktivitas, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Rasio Intensitas Modal Tertimbang, dan Pangsa Pasar berpengaruh secara signifikan terhadap ROE Perusahaan manufaktur yang terdapat di BAI.
Tabel 4.17
Test Signifikansi Uji Adjusted R Square ROE
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
.392a
.154
.121
32.19820
1.974
a. Predictors: (Constant), PP, Rasio LK, Produktivitas, ROEi, Rasio IM, ROAi

Dari pengukuran uji R terhadap variable terikat ROE perusahaan tampak pada tabel 4.14 tampak bahwa nilai Adjusted  R2 sebesar 0,121 (12,1%) berarti kemampuan variabel-variabel bebas (perubahan rasio ROA industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang, Intensitas Modal Tertimbang, Pangsa Pasar, dan Produktivitas) dalam menjelaskan variasi variabel terikat (ROE perusahaan) sebesar 12,1%, sisanya sebesar 87,9% dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi.

4.7  Pembahasan
1.      Pengaruh Rasio ROA industri terhadap ROA perusahaan
Pengukuran pengaruh profitabilitas Industri terhadap profitabilitas perusahaan menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan, artinya kenaikan profitabilitas industri mempunyai pengaruh terhadap kenaikan profitabilitas perusahaan, akan tetapi tidak semua perusahaan yang termasuk dalam sample mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan tidak semua perusahaan yang terdapat dalam sample merupakan perusahaan leader, dengan demikian perusahaan yang tergolong leader dapat menikmati kenaikan dari profitabilitas industri. Sedangkan perusahaan yang follower belum tentu menikmati peningkatan profitabilitas industri. Perusahaan yang termasuk dalam sample penelitian ini tidak dapat diketahui perusahaan yang tergolong leader dan perusahaan yang tergolong follower, disamping itu pula tidak membedakan tingkat konsentrasi dari masing-masing industri.

2.      Pengaruh Produktivitas terhadap ROA Perusahaan
Pengukuran variabel Produktivitas terbukti berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Maka dapat dijelaskan kedua variabel ini memiliki pola yang tidak searah, jika produktivitas meningkat, maka ROA perusahaan akan menurun. Hasil tidak signifikan ini dapat disebabkan karena besarnya standar deviasi HPP (1,189,943,876,862) dan persediaan (248,454,982,105) yang bisa mempengaruhi perputaran persediaan. Standar deviasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Dalam hal ini berarti jika perputaran persediaan yang relatif rendah yang mengindikasikan persediaan barang yang berlebihan maka akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Namun tidak keseluruhan industri mengalami hal yang demikian, karena tinggi rendahnya perputaran persediaan yang optimal sangat bervariasi tergantung pada jenis usaha, kebijakan pembelian dan persediaan, serta metode produksi yang digunakan.

3.      Pengaruh Rasio Leverage Keuangan Tertimbang terhadap ROA Perusahaan
Pengukuran rasio laverage keuangan tertimbang menunjukkan hasil yang positif dan tidak signifikan, artinya apabila hutang perusahaan tinggi maka akan menurunkan profitabilitas perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian sebelumnya, oleh Cyrillius Martono (2002) dan Agus Sukarno (2006) yang menemukan bahwa rasio leverage keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perusahaan. Hasil tidak signifikan ini dapat disebabkan karena besarnya standar deviasi total hutang (1,746,738,277,767) dan modal sendiri (823,602,934,431) yang bisa mempengaruhi rasio hutang perusahaan. Standar deviasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Secara teori pengaruh leverage keuangan terhadap ROA dapat bersifat negatif atau positif. Teori yang menyatakan bahwa leverage keuangan berpengaruh positif terhadap ROA didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan hutang akan mengurangi laba yang terkena pajak, sehingga dipandang lebih menguntungkan perusahaan karena terdapat penghematan pajak. Argumentasi teori tersebut mengacu pada teori Miller dan Modigliani (MM) dengan mempertimbangkan pajak perusahaan. Hasil penelitian ini terbukti tidak mendukung teori MM bahwa perusahaan dengan leverage keuangan lebih baik dari pada perusahaan tanpa leverage keuangan (atau dengan leverage keuangan lebih rendah).
Pada sisi lain, trade-off theory Brigham, Gapensky, dan Dave dalam Cyrillius Martono (2002)  tentang struktur modal berargumentasi bahwa corner solution seperti yang disarankan dalam teori MM tidak terjadi karena proporsi penggunaan hutang yang terlalu tinggi membawa implikasi pada risiko technical insolvency, semakin tinggi penggunaan hutang menyebabkan manfaat penghematan pajak yang diperoleh dari hutang menjadi berkurang, sebaliknya financial distress perusahaan justru meningkat. Peningkatan risiko tersebut menyebabkan rating obligasi perusahaan menurun dan pada akhirnya biaya hutang menjadi semakin besar.

4.      Pengaruh Rasio Intensitas Modal Tertimbang terhadap ROA Perusahaan
Pengukuran rasio intensitas modal menunjukkan pengaruh positif dan signifikan, hal ini berarti tidak sesuai dengan penelitian Cyrillius Martono (2002) yang mengungkapkan bahwa intensitas modal merupakan hambatan  untuk masuk industri. Dalam penelitian ini justru mencerminkan bahwa intensitas modal adalah merupakan peluang masuknya industri, karena hasil pengujian dapat diartikan semakin tinggi tingkat konsentrasi aktiva yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan, berarti semakin efisien operasi perusahaan. Dengan demikian semakin tingginya intensitas modal akan menyebabkan banyaknya pendatang baru masuk industri, karena diduga perusahaan yang masuk industri akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Pengaruh tidak signifikan disebabkan karena besarnya standar deviasi penjualan bersih (1,462,355,359,168) dan total asset (2,514,184,579,318).

5.      Pengaruh Pangsa Pasar terhadap ROA Perusahaan
Pengukuran pengaruh Pangsa Pasar terbukti berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Ferdi Rindhatmono (2005) membuktikan pengaruh pangsa pasar terhadap ROA perusahaan adalah positif dan signifikan. Dalam penelitian Cyrillius Martono (2002) dan Agus Sukarno (2006) menemukan bahwa pangsa pasar berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, pangsa pasar walaupun berpengaruh positif tetapi hasilnya tidak signifikan. Artinya terdapat tingkat resiko yang tinggi bila manajemen ingin melakukan ekspansi pasar secara agresif. Hasil tidak signifikan ini dapat disebabkan salah satunya karena besarnya standar deviasi penjualan perusahaan (1,462,355,359).
Hasil pengukuran  ini menunjukkan bahwa pengaruh pangsa pasar terhadap profitabilitas industri dalam penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya. Peneliti menemukan bahwa pengaruh pangsa pasar adalah berlawanan arah, jika pangsa pasar rendah maka profitabilitas akan tinggi. Hal ini dapat saja terjadi oleh perbedaan periode waktu yang digunakan selama penelitian dan objek penelitian yang berbeda.
Umumnya penjualan yang semakin tinggi akan membuat perusahaan lebih efisien hal ini menunjukkan bahwa tidak selalu perusahaan yang memiliki pangsa pasar besar yang dapat memperoleh keuntungan yang tinggi. Penelitian ini sesuai dengan teori Quality of Managemen, bahwa manajer yang baik akan mampu meningkatkan pendapatannya, mengendalikan biaya dan mendorong produktivitas karyawan secara optimal.

6. Pengaruh ROE industri terhadap ROE perusahaan
Perhitungan analisis regresi ROE perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.11. Berdasarkan hasil tersebut tampak bahwa koefisien regresi ROE industri berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Pengaruh yang positif menunjukkan bahwa profitabilitas industri memiliki pola yang searah dengan profitabilitas perusahaan. Apabila profitabilitas industri naik maka profitabilitas perusahaan akan naik. Hasil positif ini sesuai dengan penelitian Cyrillius Martono (2002) dan Agus Sukarno (2006). Dimana rasio ini mencerminkan daya tarik bisnis, sehingga semakin tinggi rasio ini akan semakin menarik pendatang baru. Hasil tidak signifikan ini dapat disebabkan karena besarnya standar deviasi penjualan bersih (117,611,727,557) dan modal sendiri (823,602,934,431).
Pengaruh profitabilitas perusahaan berpengaruh tidak signifikan artinya, bahwa tidak selalu profitabilitas industri mempengaruhi kenaikan profitabilitas perusahaan. Hal demikian bisa terjadi karena tingkat pengembalian investasi yang akan diterima investor rendah, sehingga investor tidak tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung turun. Yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan ROE yaitu perusahaan harus manambah modal dan meningkatkan penggunaan modal untuk meningkatkan laba sehingga ROE menjadi tinggi dan akan meningkatkan harga saham perusahaan.

7. Pengaruh Produktivitas terhadap ROE Perusahaan
          Rasio Produktivitas terbukti berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROE Perusahaan. Hasil tidak signifikan ini dapat disebabkan karena besarnya standar deviasi HPP (1,189,943,876,862) dan persediaan (248,454,982,105) yang bisa mempengaruhi perputaran persediaan. Maka dapat dijelaskan kedua variabel ini memiliki pola yang tidak searah, jika produktivitas meningkat, maka ROA perusahaan akan menurun. Hal Ini berarti jika perputaran persediaan yang relatif rendah yang mengindikasikan persediaan barang yang berlebihan maka akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Namun tidak keseluruhan industri mengalami hal yang demikian, karena tinggi rendahnya perputaran persediaan yang optimal sangat bervariasi tergantung pada jenis usaha, kebijakan pembelian dan persediaan, serta metode produksi yang digunakan.

8. Pengaruh Rasio Leverage Keuangan Tertimbang terhadap ROE perusahaan
Rasio leverage keuangan tertimbang terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu oleh Cyrillius Martono (2002) dan Agus Sukarno (2006) yang menemukan bahwa rasio leverage keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA perusahaan. Gale dalam Agus Sukarno (2006) membuktikan bahwa leverage keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Gale menggunakan ukuran leverage keuangan yang terbalik (resiprokal) yaitu ekuitas dibagi dengan hutang, sedangkan penelitian ini menggunakan hutang dibagi dengan ekuitas. Oleh karena itu hasil yang terbalik antara penelitian yang dilakukan saat ini yang menunjukkan hasil negatif berarti konsisten dengan hasil penelitian Gale yang menunjukkan hasil positif.
Pada sisi lain, trade-off theory (Brigham, Gapensky, dan Dave dalam Cyrillius Martono, 2002) tentang struktur modal berargumentasi bahwa corner solution seperti yang disarankan dalam teori MM tidak terjadi karena proporsi penggunaan hutang yang terlalu tinggi membawa implikasi pada risiko technical insolvency, semakin tinggi penggunaan hutang menyebabkan manfaat penghematan pajak yang diperoleh dari hutang menjadi berkurang, sebaliknya financial distress perusahaan justru meningkat. Peningkatan risiko tersebut menyebabkan rating obligasi perusahaan menurun dan pada akhirnya biaya hutang menjadi semakin besar.

9. Pengaruh Rasio Intensitas Modal Tertimbang terhadap ROE perusahaan
Rasio intensitas modal tertimbang terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Pengaruh tidak signifikan disebabkan karena besarnya standar deviasi penjualan bersih (1,462,355,359,168) dan total asset (2,514,184,579,318). Hasil yang demikian menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas modal akan semakin tinggi perusahaan untuk menghasilkan penjualan setiap unitnya. Dalam penelitian ini mencerminkan bahwa intensitas modal adalah merupakan peluang masuknya industri, karena hasil pengujian dapat diartikan semakin tinggi tingkat konsentrasi aktiva yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan, berarti semakin efisien operasi perusahaan. Dengan demikian semakin tingginya intensitas modal akan menyebabkan banyaknya pendatang baru masuk industri, karena diduga perusahaan yang masuk industri akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.


10. Pengaruh Pangsa Pasar terhadap ROE perusahaan
Pangsa Pasar terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hasil tidak signifikan ini dapat disebabkan salah satunya karena besarnya standar deviasi penjualan perusahaan (1,462,355,359). Pengaruh positif pangsa pasar terhadap Profitabilitas telah didasarkan pada argumentasi teori seperti ekspansi, pengeluaran yang lebih besar untuk pemasaran dan penetration pricing dan aktivitas lain yang membutuhkan biaya relatif besar, sehingga penjualan yang terlalu agresif terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. Peningkatan aktiva dan atau ekuitas yang diimbangi dengan tingkat penjualan yang memadai cenderung menguntungkan bagi perusahaan. Jadi pihak manajemen sebaiknya lebih memfokuskan pada tingkat penjualan secara bertahap seiring dengan peningkatan assets.


BAB V
PENUTUP

5.1.  Kesimpulan
1.      Rasio ROA industri terhadap ROA perusahaan
Variabel ROA industri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan. Pengukuran pengaruh profitabilitas Industri terhadap profitabilitas perusahaan menunjukkan bahwa kenaikan profitabilitas industri mempunyai pengaruh terhadap kenaikan profitabilitas perusahaan.
2.      Produktivitas terhadap ROA Perusahaan
Variabel Produktivitas terbukti berpengaruh negatif  dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal Ini menjelaskan jika perputaran persediaan yang relatif rendah yang mengindikasikan persediaan barang yang berlebihan maka akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
3.      Rasio Leverage Keuangan Tertimbang terhadap ROA Perusahaan
Variabel Rasio Leverage Keuangan terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Berarti, apabila hutang perusahaan tinggi maka akan menurunkan profitabilitas perusahaan.
4.      Rasio Intensitas Modal Tertimbang terhadap ROA Perusahaan
Variabel Rasio Intensitas Modal terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan, artinya semakin tinggi tingkat konsentrasi aktiva yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan, berarti semakin efisien operasi perusahaan.
5.      Pangsa Pasar terhadap ROA Perusahaan
Variabel Pangsa Pasar  (market share) terbukti berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hasil Pengaruh tidak searah ini sesuai dengan teori Quality of Managemen, bahwa manajer yang baik akan mampu meningkatkan pendapatannya, mengendalikan biaya dan mendorong produktivitas karyawan secara optimal.
6. ROE industri terhadap ROE perusahaan
Variabel ROE industri terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan, artinya apabila profitabilitas industri naik maka profitabilitas perusahaan akan naik. Pengaruh tidak signifikan berarti tidak selalu ROE industri mempengaruhi ROE perusahaan, hal ini disebabkan harga pasar yang cenderung turun karena pengembalian investasi yang akan diterima investor rendah, sehingga investor tidak tertarik untuk membeli saham tersebut.
7. Produktivitas terhadap ROE Perusahaan
Variabel Produktivitas terbukti berpengaruh negatif  dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan, berarti jika produktivitas meningkat, maka ROA perusahaan akan menurun. Dari hal tersebut dapat di analisis bahwa perputaran persediaan yang relatif rendah yang mengindikasikan persediaan barang yang berlebihan maka akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
8. Rasio Leverage Keuangan Tertimbang terhadap ROE perusahaan
Variabel Rasio Leverage Keuangan terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini menunjukkan penggunaan hutang yang terlalu tinggi membawa implikasi pada risiko technical insolvency, semakin tinggi penggunaan hutang menyebabkan manfaat penghematan pajak yang diperoleh dari hutang menjadi berkurang.
9. Rasio Intensitas Modal Tertimbang terhadap ROE perusahaan
Variabel Rasio Intensitas Modal terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas modal akan semakin tinggi penghasilan perusahaan, Sehingga semakin tinggi tingkat konsentrasi aktiva yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan, berarti semakin efisien operasi perusahaan.
10. Pangsa Pasar terhadap ROE perusahaan
Variabel Pangsa Pasar terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori ekspansi, pengeluaran yang lebih besar untuk pemasaran dan penetration pricing dan aktivitas lain yang membutuhkan biaya relatif besar, sehingga penjualan yang terlalu agresif terbukti berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. Peningkatan aktiva dan atau ekuitas yang diimbangi dengan tingkat penjualan yang memadai cenderung menguntungkan bagi perusahaan.

5.2.  Saran
Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar yang go public di BAI perlu melakukan hal-hal sebagai berikut.
1.      Manajer perlu mempertimbangkan kondisi industri secara keseluruhan, dan untuk analisis strategi perusahaan.
2.      Kebijakan manajer dalam menentukan tingkat leverage terlalu besar justru tidak menguntungkan bagi perusahaan. Oleh karena itu manajer perlu mengambil kebijakan untuk memperbaiki rasio leverage atau tingkat struktur modalnya agar tidak membawa efek yang membahayakan perusahaan (financial distress).
3.      Walaupun beberapa variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel terikatnya secara signifikan secara parsial maupun simultan, namun model-model regresi tersebut meiliki nilai adjusted R square yang kecil. Jadi masih ada faktor-faktor lain di luar variabel bebas dalam model yang berpengaruh terhadap ROA dan ROE. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan yang mempengaruhi ROA dan ROE.








DAFTAR PUSTAKA

Ari Respati Styaningrum.. 2000. Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IX Divisi Tanaman Tahunan Sebelum dan Sesudah Merger. Laporan Internship. Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta

Djohar Arief Djatmiko. 2003. Perbandingan Rasio Investasi Yang Menggunakan Laporan Keuangan Konvensional Dengan Rasio Investasi Yang Menggunakan Laporan Keuangan Yang Berindeks Harga (Studi Pada Beberapa Emiten Di Bursa Efek Jakarta). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Jendral Sudirman Purwokerto.

Ermadiani dan R. Weddi Andriyanto. 2002. “Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT. Kereta Api Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.7 No.2, Juli 2002.

Fakultas Ekonomi Unissula. 2007.  Pedoman Penulisan Praskripsi dan Skripsi Program studi Akuntansi, Universitas Islam Sultan Agung. Semarang.

Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yayasan Penerbit Universitas Gajah Mada. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Rihatmono, Ferdi. 2005. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Profitabiitas Bank Pasca Merger Di Indonesia.

Ghoniyah, Nunung. 2007. Manajemen Keuangan 1, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain, 1998. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.

Husain, Umar. 2003, .Evaluasi Kinerja Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

IG.K.A. Ulupui. 2005. “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Dan Profitabiitas Terhadap Return Saham”. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Fakultas Udayana.

Imam Ghozali, Anis Chariri. 2005. Teori Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran Jilid I, Erlangga, Surabaya.

Lestari, Ruki. 2004. Analisis Penentuan Sumber Modal Dalam Rencana Tambahan Modal Kerja Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia “Gotong Rotong” Pemerintah Kabupaten Banyumas. Rencana Skripsi Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto.

Martono, Cyrillius. 2002, “Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap ROA Dan ROE Perusahaan Manufaktur Yang Go-Public Di Indonesia”. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.4 No.2. Nopember 2002.

Nur Indrianto, Bambang Supomo. 1999, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. BPFE, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono. 2000, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Supranto. J,  2000., Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Susi dan Rudi Setiawan. 2003. “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Industri Barang Konsumsi Yang Tergabung Dalam Indeks Lq 45 Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.8 No.1, Juli 2003

Santoso, Singgih.  2000,   Latihan    SPSS  Statistik   Parametrik     Elek     Media Komputindo. Jakarta.

Subardi, Agus. 1994, Manajemen Keuangan, AMP YKPN, Yogyakarta.

Sukarno, Agus. 2006., “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Produktivitas, Rasio Leverage, Intensitas Modal Dan Pangsa Pasar Terhadap ROA Dan ROE Perusahaan Yang Terdaftar Di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Yogayakarta.

Mustafa, Zaenal 1995., Pengantar Statistik Terapan Untuk Ekonomi, BPFE UII, Yogyakarta.

Zainudin dan Jogiyanto Hartono, 1999, “Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba : Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 2 No.1.
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap ROA dan ROE Perusahaan 4.5 5 galihajiw Friday 15 October 2010 galihajiw@gmail.com


2 comments:

Followers